CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 15 Juli 2013

Persahabatan dan Kematian (part 1)


-pemain-

Rio : cowok kelas XI di SMA Harapan. Rio tidak pernah menyangka akan melihat keluarga, sahabat dan pacarnya sendiri meninggal di depan matanya. bersama dengan orang-orang yang mempunyai tragedi sama dengan dirinya, mereka berusaha memecahkan misteri kematian orang-orang disekitar mereka.

Alvin : cowok yang mempunyai pengalaman serupa dengan Rio. ia melihat orang yang palin ia sayangi meninggal dengan tragis persis di depan matanya.

Shilla : cewek yang mempunyai indra keenam. karena kelebihannya itu, ia dianggap gila oleh keluarganya dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. sampai pada suatu hari, semua penghuni rumah sakit jiwa itu tewas menggenaskan akibat kebakaran. hanya Shilla yang yang selamat. Rio dan Alvin megajak Shilla untk bergabung dengan mereka.

Ray : Drummer sebuah band ternama. pada saat mereka sedang mengadakan sebuah tur, teman-teman satu band Ray mengalami kecelakaan tragis yang membuat Ray mencoba bunuh diri, tetapi gagal karena Alvin menggagalkannya dan mengajak Ray bergabng dengan mereka.

Cakka : Seorang anak pengusaha ternama. dari kecil, ia hidup bersama dengan pelayan pribadinya. ia memutuskan bergabung dengan Rio cs, setelah mendapati mayat pelayan pribadi yang ia sayangi di gudang rumahnya.

Ify : adik Alvin yang bisa melihat hal-hal magis. ia membantu Rio cs menguak misteri kematian orang-orang disekitar mereka

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rio berjalan menuju kelasnya. Sudah cukup ramai disana. Ia duduk di tempat duduknya dan mulai membuka-buka buku pelajaran.
"Rajin amat lo, yo" komentar seseorang.
"Eh, lo Dev" kata Rio.
"Yo, besok lo ikut, kan?" tanya Deva.
"Kemana?" tanya Rio.
"Ya elah, baru juga kemaren pengumumannya, udah lupa lo. Lo ikut kegiatan pecinta alam besok, kan?" tanya Deva.
"Oh, itu. Ya iyalah, secara Keke juga ikut gitu loh" jawab Rio.
"Yah..Rio. Pacaran melulu kerjaan lo" kata Deva.
"Hehehe.." Rio nyengir.
"Ya udah, gue ke kelas dulu ya" kata Deva.


Lalu, Deva kembali ke kelasnya. Sekitar 3 menit kemudian, bel masuk pun berbunyi. Maka dimulailah pelajaran pada hari itu.

Pulang sekolah di parkiran...
"Deva, lo baek kan? Hari ini gue nebeng, dong" kata Rio.
"Lha? Motty mana?" tanya Deva.
"Motty lagi istirahat di bengkel. Ntar sore gue jemput" jawab Rio. Motty adalah nama yang diberikan Deva untuk sepeda motor Rio.
"Okelah kalau begitu. Let's cabut" kata Deva. Deva mengantar Rio pulang.
"Thanks, bro" kata Rio.
"Sama-sama. Gue pulang dulu, ya" kata Deva.

Rio masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamar. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan menghela napas panjang. Tidak lama kemudian ia pun tertidur. Dalam tidurnya, Rio bermimpi aneh. Banyak bercak darah, orang-orang mengerumuni dirinya, teriakan, tangisan dan penyesalan.
"Nggak!" teriak Rio. Lalu, ia terbangun.
"Ya Tuhan, mimpi apa aku barusan?" ujar Rio.

Ia baru sadar kalau ia masih memakai seragam sekolahnya. Ia bergegas mandi dan ganti baju.
"Ma, besok Rio ada kegiatan pecinta alam" kata Rio pada mamanya saat makan malam.
"Oh ya?" tanya mama Rio.
"Iya, ma. Lusa baru pulang" jawab Rio.
"Ya udah, habis makan kamu istirahat, ya? Biar besok tenaga kamu full" kata mama Rio.
"Oke, ma" jawab Rio. Rio segera menghabiskan makanannya.

Setelah itu, ia tidur. Dan mimpi aneh itu terulang kembali. Rio terbangun. Keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Apa maksud mimpi tadi?" ujar Rio. Malam itu, ia tidak bisa tidur.

Besoknya...
"Hati-hati ya, Rio" pesan mamanya.
"Iya, ma" jawab Rio.

Bus yang membawa 20 orang penumpang itu meninggalkan SMA Harapan. Rio memilih duduk bersama Keke. Di dalam perjalanan, Rio melihat ada bercak darah di baju Keke.
"Ke, lo luka ya?" tanya Rio.
"Nggak, kok. Emangnya kenapa, yang?" tanya Keke.
"Di baju lo ada bercak darahnya, Ke" jawab Rio. Keke mengecek bajunya. Tidak ada noda sedikit pun.
"Nggak ada apa-apa, kok Yo" kata Keke.
"Beneran, ada bercak darah di baju lo" kata Rio. Keke bingung.
"Deva, kata Rio ada bercak darah di baju gue. Emang ada, ya?" tanya Keke pada Deva yang duduk di belakang mereka.
"Nggak ada tuh" jawab Deva.
"Tuh, kan. Nggak ada, Yo" kata Keke pada Rio.

Rio bingung. Matanya melihat ke baju Keke. Masih ada bercak darah disana. Tiba-tiba, Rio merasa ada seseorang yang memperhatikannya.
"Deg!" jantung Rio berdegup kencang. Ia melihat ke seluruh sisi bus. Sekilas ia melihat sesosok bayangan di bagian belakang bus.
"Apa itu?" pikir Rio.
"Yo, lo kenapa sih? Dari tadi aneh banget" tanya Keke.
"Nggak, kok. Gue nggak apa-apa" jawab Rio.
"Beneran?" tanya Keke meyakinkan. Rio tidak ingin pacarnya itu khawatir.
"Iya, ke" jawab Rio sambil menggenggam erat tangan keke.

Beberapa jam kemudian, akhirnya bus yang ditumpangi Rio sampai di tempat tujuan. Tempat itu berupa sebuah bukit yang dikelilingi dengan kebun teh. Mereka semua menginap di sebuah penginapan yang telah mereka sewa.
"Yo, ke kamar yuk!" ajak Deva. Rio yang sedang berbicara dengan Keke mengangguk.
"Ke, gue ke kamar dulu, yah" kata Rio.
"Iya. Gue juga mau ke kamar. Capek nih" jawab Keke. lalu rio pergi menuju kamar penginapan bersama Deva
.

Di kamar..
"Dev, baju lo kok ada bercak darah kayak Keke tadi?" tanya Rio. Deva melihat bajunya.
"Ah, nggak ada kok" jawab Deva. Rio jadi semakin bingung.
"Kok cuma gue sih, yang ngeliat darah itu?" pikirnya.
"Yo, lo kenapa sih? Dari tadi pagi gue liat lo tu aneh" tanya Deva.
"Nggak, kok. Gue nggak apa-apa" jawab Rio.
"Ya udah, deh. Ke bawah, yuk. Bentar lagi makan siang" ajak Deva.
"Oke" jawab Rio.

Mereka berdua berjalan menuju ruang makan penginapan itu. Disana, sudah ada Keke dan beberapa murid lainnya. Keke sudah ganti baju. Namun, Rio masih melihat bercak darah di baju Keke.
"Gue nggak boleh mikirin itu lagi" batin Rio. Ia berjalan menuju tempat Keke.
"Hai, keke" sapa Rio.
"Hai, Rio. Lama amat. Makan, yuk" ajak Keke
"Iya" jawab Rio. Lalu, mereka semua mulai makan siang.
"Oke, semuanya. Kegiatan akan kita mulai sore ini. Kakak sudah membagi kalian berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 3 orang. Silahkan lihat di pintu kamar kalian masing-masing. Terima kasih" kata kak Winda.

Semua peserta kegiatan itu kembali ke kamar masing-masing.
"Yo, kita sekelompok" kata Deva.
"Yes! Tapi satu lagi siapa?" tanya Rio.
"Keke" jawab Deva.
"Yippie!" seru Rio saking girangnya.

2 jam lagi semua kelompok yang telah dibagi berkumpul di tempat yang sudah tertera di kertas pengumuman. Rio, Deva dan Keke menghabiskan waktu yang 2 jam itu dengan mendengarkan lagu dari ipod masing-masing. Tanpa sadar, Rio pun tertidur dan mimpi aneh yang sama terulang kembali.
"Nggak, jangan!!" teriak Rio.
"Yo, Rio. Bangun, Yo" Deva membangunkan Rio.
"Ha?" Rio terbangun dan menyadari bahwa yang tadi itu mimpi.
"Lo ngigau, Yo" kata Keke.
"Gila lo, ya! Siang-siang gini ngigau" tambah Deva.
"Gue keluar dulu. Mau cari udara segar" kata Rio. Ia berjalan keluar sambil memikirkan hal-hal aneh yang terjadi padanya.
"Apa sebenarnya maksud semua ini?" Rio bertanya-tanya dalam hatinya.

Tiba-tiba, ia melihat sekelebat bayangan hitam lewat di depannya. Sekilas, ia melihat mata yang berwarna merah pada bayangan itu. Seketika itu juga, Rio jatuh terduduk. Sudah dua kali Rio melihat bayangan itu. Tiba-tiba, ia merasakan bahunya dipegang.
Rio yang merasa bahunya dipegang oleh seseorang pun terkejut.
"Kok lo duduk disini, Yo?" tanya Deva. Ternyata Deva yang memegang bahunya.
"Eh, lo Dev. Gue kira siapa" jawab Rio.
"Kita semua nyariin lo tau" kata Deva. Rio segera berdiri.
"Kan udah ketemu. Balik, yuk" kata Rio. Deva dan Rio kembali ke penginapan. Ternyata kelompok pecinta alam sudah bersiap-siap untuk berangkat.
"Rio!! Lo kemana aja? Gue khawatir tau" kata Keke.
"Cuma nyari udara seger, kok. Eh, udah mau berangkat, ya?" tanya Rio.
"Iya" jawab Keke.
"Bentar dulu, gue mau ngambil tas" kata Rio.

Ia masuk ke penginapan dan tak lama kemudian kembali dengan membawa tasnya. Setelah itu, rombongan pecinta alam SMA Harapan meninggalkan penginapan dan berjalan bersama menuju sebuah hutan di dekat bukit. Mereka akan mengadakan survey dari sore hingga besok pagi.
"Oke, silahkan dirikan tenda untuk istirahat. Malam ini, kita menginap disini. Dirikan saja 4 tenda. 2 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan" jelas kak Winda.

Semua murid mendirikan tenda. Setelah itu, dimulailah acara survey para pecinta alam.
"Silahkan melihat-lihat isi hutan ini. Ambil fotonya dan kembali kesini. Batas waktu hingga jam 7 malam" kata kak Winda.

Semua kelompok segera berjalan menuju hutan.
"Yo, ni pohon gede amat ya?" komentar Deva.
"Iya. Foto yuk" jawab Rio.
"Siapa? Gue?" tanya Deva.
"Kagak. GR amat sih, lo. Yang mau gue foto pohon itu" jawab Rio.

Lalu, Rio mengambil kamera dan memotret pohon yang sangat besar itu. Rio mengamati pohon itu. Muncul sedikit kengerian pada diri Rio.
"Udah, Yo? Cari objek lain, yuk" ajak Keke. Rio mengangguk.

Mereka bertiga berjalan mencari objek lain. Setelah beberapa jam mencari objek untuk survey, Rio cs kembali ke perkemahan.
"Hah! Capek gue" ujar Deva.
"Gue juga" tambah Keke.
"Oh ya, gue kesana dulu, ya?" Rio menunjuk ke tempat pohon besar yang pertama dilewatinya tadi.
"Ngapain? Gue ikut, ya Yo" kata Keke.
"Nggak usah. Lo kan capek. Gue cuma sebentar, kok" kata Rio.

Ia pergi menuju pohon besar itu. Diperhatikannya pohon itu.
"Ni pohon pasti udah tua banget, ya" pikir Rio.

Tiba-tiba Rio dikejutkan dengan bayangan hitam yang lewat di belakang pohon besar itu.
"Ya Tuhan. Sudah tiga kali aku melihat bayangan itu. Pertanda apa ini?" batin Rio.

Tanpa ba-bi-bu, Rio segera berlari meninggalkan pohon besar itu. Sesampainya di perkemahan, Deva dan Keke bingung melihat Rio kembali dengan napas yang ngos-ngosan.
"Habis jogging lo, Yo?" tanya Deva.
"Kagak. Ah, gue capek. Pengin tidu
r" jawab Rio sambil masuk ke dalam tendanya.

5 menit kemudian, Rio sudah tertidur. Mimpi aneh itu kembali mendatangi Rio. Tapi, di dalam mimpi itu, ia melihat seorang cewek yang berada di rumah sakit jiwa. Rio terbangun.
"Ada apa ini? Lama-lama gue bisa gila dengan mimpi dan bayangan itu. Siapa cewek penghuni rumah sakit jiwa itu?" Rio bertanya-tanya dalam hati.

Akhirnya malam pun tiba. Malam ini, kegiatan mereka adalah berkumpul di dekat api unggun. Rio keluar dari tendanya. Ia bermaksud untuk mencari Keke. Tapi, ia tidak menemukannya.
"Dev, Keke mana?" tanya Rio.
"Belum balik" jawab Deva.
"Emang dia kemana?" tanya Rio lagi.
"Nggak tau" jawab Deva.

Rio bertanya pada teman satu tenda Keke.
"Liv, Keke kemana?" tanya Rio pada Olivia.
" Tadi pas lo tidur, Keke pergi ke hutan. Katanya mau motret apa gitu" jawab Olivia.
"Sampai malam gini masih belum balik?" Rio mulai khawatir.
"Iya. Tapi ada yang aneh dari Keke tadi. Ia seperti orang bingung. Dan matanya..." kata Olivia.
"Matanya?" tanya Rio.
"Matanya merah. Gue ampe ngeri liat dia" jawab Olivia.

Kali ini Rio benar-benar cemas. Ia segera berlari ke dalam hutan yang gelap untuk mencari Keke.
"Untung gue bawa senter" batin Rio.

Ia segera mencari Keke. Entah mengapa firasatnya mengatakan kalau Keke pergi ke pohon besar itu. Ternyata firasatnya benar. Ia melihat Keke sedang duduk di bawah pohon itu. Ketika Rio akan memanggil Keke, betapa terkejutnya Rio. Gadis yang dicintainya itu sudah tak bernyawa lagi. Keke sudah bersimbah darah di bawah pohon itu. Sebuah tali terikat erat dileher Keke. Rio merasa tak berdaya lagi. Ia jatuh terduduk melihat mayat Keke.
"Keke!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!" teriak Rio.

Rio tak kuasa melihat Keke. Seketika itu juga teman-teman Rio mengerumuninya. Mereka semua terkejut. Beberapa di antara mereka ada yang berteriak histeris. Kak Winda segera menghubungi ambulans dan memutuskan untuk pulang malam itu juga. Akhirnya, kegiatan itu berakhir dengan tragis. Malam itu, jenazah Keke segera di urus.

Hari pemakaman Keke...
"Rio, hari ini Keke dimakamkan. Kamu nggak mau ngantar dia ke tempat terakhirnya?" tanya mama Rio.
"Nggak, ma. Rio nggak kuat" jawab Rio.
"Rio, mama tau gimana perasaan kamu sekarang. Tapi, antarlah Keke untuk terakhir kalinya" ujar mama Rio.

Dengan berat hati, Rio mengangguk. Ia ganti baju dan pergi ke pemakaman Keke bersama mamanya.
Di pemakaman...
"Ke, maafin gue karena gue nggak bisa jadi pacar yang baik buat lo. Gue bersumpah akan mencari tau siapa yang tega bikin lo kayak gini" kata Rio di samping nisan Keke.
"Rio, ayo pulang" ajak mamanya.
"Mama duluan aja. Nanti Rio nyusul" jawab Rio.

Mama Rio pergi meninggalkan Rio di makam Keke.
"Ke, mungkin gue nggak bisa lagi ke rumah lo. Mungkin gue nggak bisa lagi ketawa-ketiwi bareng lo kayak dulu lagi. Tapi gue janji hati gue akan selalu jadi milik lo" kata Rio.

Airmata Rio menetes membasahi makam Keke. Setelah itu, Rio pulang.
Keesokan harinya...
"Rio, kamu nggak ke sekolah?" tanya mama Rio.
"Males, ma" jawab Rio.
"Rio, kamu harus pergi ke sekolah" kata seorang lelaki yang berdiri di samping mama Rio.

Yang tidak lain adalah papa Rio.
"Pa?" kata Rio.
"Bagaimanapun juga kamu harus pergi sekolah, Rio. Kamu nggak bisa kayak gini terus" jawab papa Rio.
"Rio nggak mau pergi hari ini, pa, ma. Please ngertiin Rio" kata Rio.

Mama dan papa Rio tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Terpaksa mereka berdua meninggalkan Rio sendiri di kamarnya.
Hari itu dihabiskan Rio dengan merenung dan mengenang semua hal-hal yang telah ia lewati bersama Keke. Tanpa sadar airmata Rio menetes lagi.
Ia segera sadar dari lamunannya dan mengambil jaket plus kunci motor. Tanpa pamit, ia pergi meninggalkan rumah.
Rio memacu motor sekencang-kencangnya. Tak peduli apa yang akan terjadi padanya. Beberapa menit kemudian, ia menghentikan motornya di sebuah taman yang ditengahnya terdapat danau yang indah. Disinilah, ia dan Keke bersama merayakan ulang tahun terakhir Keke.
"Keke!!! gue kangen sama lo!!" teriak Rio.

Ia berlutut di taman itu dan melampiaskan seluruh emosinya. Ia menangis sejadi-jadinya disana. Saat ia merasa sudah agak puas, ia bermaksud pergi dari sana. Tiba-tiba, ia melihat seorang cowok berjalan di pinggir danau. Lalu, cowok itu pingsan. Rio yang melihat itu, segera berlari meuju tempat cowok itu.
"Hei, hei!! Bangun!! Hei!!" Rio menggoncan-goncagkan tubuh cowok itu.

Tak lama kemudian, cowok itu bangun.
"Ng? Gue dimana?" tanya cowok itu.
"Di pinggir danau. Lo pingsan barusan" jawab Rio.

Cowok itu segera duduk.
"Thanks udah nolongin gue. Gue Alvin" kata cowok itu yang ternyata bernama Alvin
.
"Sama-sama. Gue Rio. Oh ya, kok lo ada disini?" tanya Rio.
"Gue pergi dari upacara pemakaman kakak gue" jawab cowok itu.
"Pergi?" tanya Rio.
"Iya. Gue dituduh udah ngebunuh kakak gue sendiri karena kakak gue meninggal di depan mata gue sendiri" jawab Alvin.
"Ha?" Rio tidak percaya.
"Gue nggak bakal ngerelain kepergian kakak gue. Bayangan hitam sialan itu yang udah bikin kakak gue meninggal" kata Alvin sambil menatap ke arah danau.

Tatapannya sangat menyakitkan. Penuh Emosi.
"Bayangan hitam?" tanya Rio.
"Bayangan yang selalu menghantui gue. Sebelum kakak gue meninggal, gue ngeliat banyak bercak darah di baju kakak gue" jawab Alvin.

Rio tidak menyangka pengalaman Alvin sama dengannya.
"Gue juga ngalamin hal yang sama dengan lo" kata Rio.
"Maksud lo?" tanya Alvin
"Cewek gue meninggal 2 hari yang lalu. Akhir-akhir ini gue sering ngeliat bayangan hitam bermata merah lewat di hadapan gue. Sebelum cewek gue meninggal, gue juga ngeliat bercak darah di bajunya" kata Rio dengan mata sendu.

Alvin menepuk bahu Rio.
"Gue turut berduka, Yo. Gue udah bersumpah demi kakak gue, gue akan balas kematian kakak gue. Gue nggak bisa tinggal diam. Bayangan hitam itu udah bikin hidup gue menderita" kata Alvin.
"Gue juga, Vin" jawab Rio.
"Tapi sampai detik ini gue nggak tau apa maksud bercak darah itu" kata Alvin. Rio terdiam.
“Gue juga nggak tau, Vin. Selain di cewek gue, gue juga ngeliat bercak itu di baju sobat gue, Deva” kata Rio.
“Apa maksud semua ini?” tanya Alvin.
“Entahlah. Beberapa hari terakhir ini, gue terus mimpi aneh. Banyak bercak darah dalam mimpi gue. Terakhir kalinya, gue ngeliat seorang cewek pasien rumah sakit jiwa di mimpi
gue” jawab Rio.
“Gue juga mimpi kayak gitu. Kemarin sebelum kakak gue meninggal, gue mimpi ada seorang cowok berdiri di bawah pohon besar di tengah hutan. Dan orang itu mirip banget sama lo” kata Alvin.

Rio tampak berpikir.
“Mungkin itu emang gue. Vin, lo ikut gue sekarang” kata Rio mengajak Alvin.

Mereka berdua pergi ke hutan tempat kegiatan Rio kemarin. Memang perjalanan yang cukup lama.
“Kita kemana, Yo?” tanya Alvin.
“Ke tempat yang lo liat di mimpi lo” jawab Rio.

Mereka berdua pun sampai di sebuah hutan. Rio mengajak Alvin ke lokasi pohon besar tempat mayat Keke ditemukan.
“Ini pohon yang lo liat, Vin?” tanya Rio.
“Iya, Yo. Persis banget sama yang ada dalam mimpi gue, dan lo yang ada dalam mimpi gue” jawab Alvin.
“Lo udah nemuin gue. Dan artinya, gue harus nemuin cewek yang ada dalam mimpi gue” kata Rio.

Rio dan Alvin bingung gmna caranya nemuin cewek yg di dalam mimpi rio..
"kita harus ke rumah sakit jiwa yang di huni sama cewe yg dalem mimpi gue.."
“Tapi, dia ada di rumah sakit jiwa mana? Kita kan nggak tau” tanya Alvin.
“Lo bener, Vin. Gue harus mikirin gimana cara supaya gue bisa ketemu sama tu cewek” jawab Alvin.
“Kita pulang sekarang?” tanya Rio.

Alvin mengangguk.
“Rumah lo dimana, Vin?” tanya Rio.
“Gue nggak akan balik ke rumah, Yo” jawab Alvin.

Rio tampak berpikir.
“Lo tinggal di rumah gue aja, Vin” ajak Rio.

Alvin menggeleng.
“Nggak usah, Yo. Makasih. Lo anterin gue ke makam kakak gue aja” jawab Alvin.

Rio terpaksa menuruti permintaan Alvin. Ia mengantarkan Alvin ke makam kakak Alvin.
“Makasih, Yo. Lo pulang aja, gue nggak apa-apa kok” kata Alvin.
“Kalo gue pengin ketemu lo lagi, gue harus nyari lo kemana, Vin?” tanya Rio.
“Lo bisa nyari gue di taman” jawab Alvin.

Lalu, Rio meninggalkan Alvin di makam kakaknya.
Di depan rumah Rio sore itu…
“Rio!!!” panggil seseorang yang ternyata adalah Deva.

Deva tampak aneh.
“Deva!” jawab Rio.

Begitu Rio melihat Deva, Ia terkejut karena ia melihat bercak darah di baju Deva.
“Gue kangen banget sama lo, sob” ujar Deva.
“Ngapain lo kesini, Dev?” tanya Rio menyembunyikan keterkejutannya.
“Mau ngeliat keadaan lo” jawab Deva.
“Gue baik-baik aja kok, Dev” kata Rio.
“Beneran?” tanya Deva.
“Iya. Eh, lo nggak masuk dulu?” tanya Rio.

Deva menggeleng.
“Nggak usah, Yo. Gue langsung pulang aja, ya. Gue kesini Cuma mau liat keadaan lo” jawab Deva.
“Oke. Hati-hati” kata Rio.
“Sip. Besok lo harus masuk ya, Yo” kata Deva.
“Oke” jawab Rio.

Deva meninggalkan rumah Rio. Setelah Deva pulang, Rio masuk ke dalam rumahnya.
“Rio, darimana kamu?” tanya papa Rio.
“Nenangin diri, pa” jawab Rio.
“Papa harap besok kamu mau masuk sekolah” kata papa Rio.
“Iya, pa. Besok Rio bakalan masuk” jawab Rio.

Rio berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Rio membaringkan badannya di tempat tidur.
“Hah…terlau banyak beban hari ini. Gue harus istirahat. Ke, gue tidur dulu” kata Rio sambil mencium foto Keke.

Tak lama kemudian, Rio tertidur. Kali ini, mimpi itu tidak menghantuinya lagi. Sekitar jam 9 malam Rio terbangun.
“Gue nggak mimpiin itu lagi” batin Rio senang.

Tiba-tiba, handphone Rio berbunyi. Ada telepon dari ibunya Deva.
“Halo, tante?” kata Rio.
“Rio, Deva ada di rumah kamu?” tanya ibu Deva.
“Tadi sore, Deva emang ke rumah Rio, tante. Tapi, sekitar jam 6, dia udah pulang” jawab Rio.
“Aduh, keluyuran kemana lagi itu anak. Ya udah, makasih Rio” kata ibu Deva.
“Tante, tunggu. Emangnya ada apa, tante?” tanya Rio.
“Deva belum pulang, Rio. Udah tante telfon-telfon tapi nggak diangkat.
Tante sama om sangat khawatir. Kamu bisa bantuin tante nyari dia?” jawab ibu Deva.
“Pasti, tante. Rio pasti bantuin tante” kata Rio.

Lalu, Rio mengambil kunci motor dan pamit pada orangtuanya. Setelah itu, Rio pergi mencari Deva.
“Deva, lo kemana sih?” batin Rio.

Baru saja ia sampai di perempatan jalan kompleksnya, ia melihat Deva.
“Deva!” panggil Rio.

Deva tidak menoleh sedikit pun. Rio turun dari motornya dan menghampiri Deva.
“Deva!” Rio menarik tangan Deva.

Ia melihat mata Deva yang berwarna merah. Ia seperti orang bingung. Deva memukul wajah Rio dan mendorongnya hingga Rio terjatuh. (BUUKKK) Rio sangat terkejut dengan sikap sahabatnya yang satu ini. Setelah memukul dan mendorong Rio, Deva terus berjalan seperti orang bingung. Rio berdiri dan memanggil Deva.
“Deva, berhenti!!!” seru Rio.

Deva menghentikan langkahnya.
“Deva, lo kenapa? Ini bukan lo, Dev. Apa yang ter..”

Belum selesai Rio berbicara ia melihat sesosok bayangan hitam lewat di depan Deva. Seiring menghilangnya bayangan itu, Deva terjatuh. Rio segera menghampiri Deva. Betapa kagetnya Rio
ketika melihat Deva seperti habis diterkam binatang buas. Banyak cakaran di tubuhnya. Deva sudah tidak bernyawa lagi. Ia meninggal.
“Tolong!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Rio.

Beberapa orang keluar dari rumah mereka dan segera menolong Rio membawa Deva ke rumah sakit. Rio segera menelepon orang tua Deva. Ibu Deva datang ke rumah sakit langsung menangis histeris. Ayah Deva menenangkan ibu Deva walaupun ia sendiri tak kuasa menahan airmata. Tak lama
kemudian, papa dan mama Rio datang. Mereka mencoba menenangkan orangtua Deva. Malam itu, suasana duka menyelimuti orangtua Deva. Duka yang amat dalam juga dirasakan oleh Rio.
Setelah ia kehilangan Keke, kini ia harus menghadapi kenyataan kalau Deva,
sahabatnya juga meninggal dalam keadaan tragis di depan matanya sendiri.
“Rio, ayo pulang” ajak papanya.
“Nanti aja, pa. Rio mau nemenin Deva” kata Rio.
“Rio, sayang. Kamu turutin kata papa kamu. Kamu butuh istirahat. Besok kita hadiri pemakaman Deva sama-sama, ya” kata mama Rio.

Kali ini, Rio harus menurut. Ia meninggalkan rumah sakit dalam keadaan batin yang teriris-iris. Sesampainya di rumah, tiba-tiba Rio jatuh pingsan..
Mama dan papa Rio segera membawa Rio ke kamarnya. Rio masih tak sadarkan diri. Tiba-tiba, Rio mengigau.
“Keke!! Deva!! Jangan tinggalin gue” Rio mengingau.
“Rio, bangun nak” kata papa Rio.

Mama Rio mulai cemas. Tak lama kemudian, Rio membuka matanya. Mama dan papa Rio terlihat lega.
“Ma? Pa? Rio kenapa?” tanya Rio.
“Tadi kamu pingsan, Rio. Mama dan papa sangat cemas” jawab papa Rio.

Rio termenung sesaat. Ia ingat semua yang terjadi pada dirinya.
“Deva!! Rio mau balik ke rumah sakit” Rio berdiri.

Ia merasakan kepalanya masih sakit. Tiba-tiba, Rio terjatuh.
“Aduh!!” kata Rio sambil memegang kepalanya.
“Rio! Kamu harus istirahat dulu. Kamu baru sadar dari pingsan” kata mama.

Rio terpaksa menuruti perkataan mamanya. Ia berbaring di tempat tidurnya.
Hari pemakaman Deva…
Suasana duka mengiringi jenazah Deva ke tempat peristirahatan terakhirnya. Ibu Deva sempat tidak sadarkan diri saat prosesi pemakaman. Ayah Deva tak kuasa menahan airmata saat melihat putra kesayangannya dimakamkan. Teman-teman Deva juga meneteskan airmata atas kepergian seorang cowok yang heboh dan ramah. Lain dengan Rio, ia tidak meneteskan airmata sedikit pun ketika Deva dimakamkan. Ia hanya termenung melihat Deva dimakamkan.

Setelah prosesi pemakaman selesai…
“Dev, lo tau nggak kenapa gue nggak netesin airmata sedikit pun saat lo dimakamin?” tanya Rio di samping makam Deva.

Lalu, ia melanjutkan.
“Airmata gue nggak bisa keluar lagi saking sedihnya gue kehilangan lo. Tapi, gue bersumpah demi Keke dan lo, Dev. Gue nggak akan nyerah sampai gue nemuin siapa yang udah bikin lo berdua kayak gini” kata Rio.

Tiba-tiba, Alvin datang menghampiri Rio.
“Vin?” kata Rio.
“Ngapain lo disini, Yo?” tanya Alvin.
“Deva meninggal, Vin” jawab Rio.
Alvin sangat terkejut. Ia menepuk bahu Rio untuk menenangkan Rio.
“Gue turut berduka, Yo” kata Alvin.
“Thanks, Vin. Lo ngapain disini?” tanya Rio.


Bersambung . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar