CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 15 Juli 2013

Persahabatan dan Kematian (part 4)



mengangguk.
“Mereka bilang aku penyebab band kita nggak jadi tampil dan mereka juga bilang lebih baik aku keluar darip
ada terus-terusan membawa sial” kata Olivia.
Ray benar-benar terkejut. Selama ini dia hanya tahu kalau Olivia keluar dari band karena dia ingin konsentrasi pada sekolahnya. Kabar terakhir yang Ray dengar kalau Olivia kecelakaan dan meninggal. Lalu Olivia melanjutkan.
“Karena itulah kamu selamat dalam kecelakaan bus itu, Ray” kata Olivia. Ray mulai mengerti semuanya.
“Maafin aku, Oliv” kata Ray. Terlihat sebuah senyum tipis di bibir Olivia yang pucat. Senyum itu penuh ketulusan.
“Aku nggak marah sama kamu, Ray. Dan sebelum aku benar-benar pergi dari dunia ini, aku mau bilang kalau selama ini aku cinta sama kamu. Aku bener-bener sayang sama kamu, Ray. Aku harap kamu selalu bahagia. Aku nggak akan ganggu kehidupan kamu lagi” kata Olivia.
Olivia meneteskan airmata. Ify terharu melihat peristiwa yang berlangsung di depannya. Tak lama kemudian, sosok Olivia benar-benar menghilang dari hadapan Ray dan Ify.
“Aku juga sayang sama kamu, Oliv!!!” teriak Ray. Ray menangis. Ify menghampiri Ray lalu memeluknya.
“Ray, Ify” panggil Cakka. Mereka bertiga akhirnya menemukan Ray dan Ify.
“Lo berdua baik-baik aja, kan?” tanya Shilla. Ify mengangguk.
“Iya, gue nggak apa-apa” jawab Ray menghapus airmatanya.
“Apa yang terjadi, Fy?” tanya Alvin.
“Ceritanya panjang, kak. Tapi, satu masalah udah selesai” jawab Ify.
“Dua. Masalah Dea dan Alvin juga udah selesai” kata Cakka.
“Ha? Gimana ceritanya, kak?” tanya Ify.
“Nanti kakak ceritain. Yang jelas, kakak ini bukan kakak kandung kamu, Fy. Kakak udah tau semuanya” jawab Alvin. Ify terkejut. Tapi, untuk sementara ia simpan rasa penasarannya.
“Rio mana?” tanya Ray. Cakka menggeleng.
“Gue nggak tau dia dimana” jawab Cakka.


“Shilla…” sebuah suara memanggil Shilla.
“Kiki?” Shilla menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa disana. Suara it uterus memanggil Shilla. Mereka berlima menelusuri asal suara itu. Sampailah mereka di sumber suara itu. Itu adalah Kiki.
“Kiki..” panggil Shilla.
“Shilla, kamu tau? Aku sangat benci sama kamu. Setelah aku lumpuh, aku bukanlah anak kebanggaan papa lagi. Aku selalu dibanding-bandingkan denganmu” kata Kiki.
“Aku selalu menghantui kamu sampai akhirnya kamu dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh mama dan papa. Dan kamu tahu apa yang aku rasain waktu itu?” tanya Kiki. Lalu ia melanjutkan.
“Aku puas” jawab Kiki. Shilla tidak bisa lagi menahan airmatanya. Lalu, Kiki menatap Cakka.
“Cakka, kamu tau kalau aku yang udah ngebunuh pak Jo kesayangan kamu itu?” tanya Kiki. Cakka terkejut.
“Lo…” geram Cakka. Alvin mencoba menenangkan emosi Cakka.

“Penasaran kenapa aku bunuh dia? Karena dia yang udah bikin aku lumpuh. Dia yang nabrak aku” kata Kiki.
“Lo kejam, Ki” kata Cakka. Shilla tak tahan melihat Cakka.
“Kiki, kamu harusnya sadar kalau Shilla itu kembaran kamu. Shilla itu bagian dari kamu” kata Ify.
“Omong kosong” kata Kiki.
“Ki, aku tahu kamu masih punya hati” kata Alvin.
“Kiki, aku tau kamu benci sama aku. Tapi, sekejam apapun kamu sama aku, aku akan selalu sayang sama kamu. Karena kamu itu bagian dari aku. Kamu kembaran aku” kata Shilla.
Kiki tertegun mendengar perkataan Shilla. Airmatanya pun menetes.
“Kiki, Shilla itu benar-benar sayang sama kamu” kata Ray.
“Kamu benar. Aku nggak akan pernah bisa menang dari dia. Aku emang benci dia. Tapi, aku sangat sayang sama dia” kata Kiki.
Kiki menghampiri Shilla lalu memeluknya.
“Maafin aku, Ki” kata Shilla.
“Nggak, Shil. Aku yang harusnya minta maaf” kata Kiki. Ia menoleh pada Cakka.
“Maafin aku, Cak” kata Kiki.
“Semua udah terjadi. Gue nggak bisa apa-apa lagi” kata Cakka.
“Udah saatnya aku pergi. To
long jaga Shilla” kata Kiki. Ia mencium kening Shilla, lalu menghilang.
Cakka menghampiri Shilla dan memeluknya.
“Gue harap lo bisa maafin Kiki, Cak” kata Shilla.
“Gue emang bukan orang yang gampang maafin orang, tapi gue akan coba relain kepergian pak Jo dan mulai maafin Kiki” jawab Cakka.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang cowok dari sisi lain hutan itu.
“Rio!” kata Alvin. Mereka berlima berlari mencari keberadaan Rio.
Dan betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan yang ada dihadapan mereka. Rio sudah terjatuh ke tanah dalam keadaan penuh darah. Di depannya berdiri sosok Tian.
“Rio!” panggil Shilla. Shilla bermaksud untuk menghampiri Rio tapi dicegah oleh Cakka. Rio berusaha untuk berdiri.
“Ini bukan kak Tian yang dulu” kata Rio sambil menghapus darah di bibirnya.
“Aku memang bukan Tian yang dulu” jawab Tian.
“Aku mau kamu ngerasain penderitaan aku, Rio” lanjut Tian. Rio terdiam.
“Oke, kalau memang itu mau kakak. Kakak boleh bunuh aku. Tapi aku mohon, kakak jangan sakitin mama, mama udah cukup menderita sejak kehilangan papa. Satu lagi, aku mau kak Tian tau kalau kakak akan selalu jadi kakak yang aku banggain. Aku sayang kakak” kata Rio. Tian terdiam
mendengar perkataan Rio. Ia tersenyum lalu berjalan menghampiri Rio.
“Jangan!” kata Alvin. Terlambat. Tian memukul perut Rio dengan tinjunya. Rio terjatuh dan seketika itu juga, sosok Tian menghilang dari hadapan mereka berenam. Shilla berlari menghampiri Rio, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Matahari perlahan menampakkan sinarnya.
“Berakhir. Semuanya udah berakhir” kata Rio di pangkuan Shilla. Setelah itu, Rio tak sadarkan diri.
Ketika Rio membuka matanya. Ia sudah berada di sebuah lorong yang gelap.
“Gue dimana?” tanya Rio. Ia terus melangkah tanpa tahu arah tujuannya. Ia melihat seberkas cahaya di depannya. Ia berlari menuju ke arah cahaya itu.
“Dimana, nih?” tanya Rio. Tiba-tiba, ia melihat Keke datang menghampirinya.
“Keke!” seru Rio. Rio memeluk keke.
“Gue kangen banget sama lo, Ke” kata Rio.
“Gue juga, Yo” jawab Keke. Lalu, datang Deva dan papa Rio.
“Deva, papa!” seru Rio lagi. Rio memeluk papanya.
“Rio kangen, pa” kata Rio.
“Iya, sayang. Papa juga kangen sama kamu” kata papa Rio.
“Woy, bro. Gue kangen sama lo” kata Deva.
“Gue juga, Dev” kata Rio. Setelah itu, Rio melihat seseorang yang sangat dikenalnya datang menghampirinya.
“Ngapain kamu disini? Balik sana!” kata Tian.
“Kak Tian!” seru Rio.
“Bukannya kalian semua mau jemput Rio?” tanya Rio.
“Geer banget lo, Yo. Kita kesini mau nyuruh lo balik. Ntar kalo lo ikut kita, nyokap lo sama siapa?” jawab Keke.
“Iya, biar gue yang jagain Keke. Lo jagain nyokap lo sama si Motty aja” kata Deva.
“Sana pulang” suruh Tian. Rio menatap kakaknya itu. Tian tersenyum sangat tulus pada Rio.
“Udah, papa aku yang jaga. Kamu jaga mama” kata Tian. Rio memeluk kakaknya itu. Ia membisikkan sesuatu.
“Thanks, kak. Kakak nggak jadi bunuh aku” kata Rio. Tian mengerutkan dahinya. Ia membalas bisikan Rio. Rio terkejut sesaat. Lalu ia mengangguk.
Setelah membisikkan itu, dalam sekejap Rio sudah berada di sebuah ruangan besar berwarna putih. Bau obat sangat menyengat disana. Perlahan-lahan Rio membuka matanya.
“Rio, kamu udah sadar, nak?” tanya mama Rio.
“Ma..” panggil Rio.
“Hei, bro. Udah sadar lo?” kata Alvin.
“Iya. Gue dimana?” tanya Rio.
“Di rumah sakit” jawab Cakka. Rio mencoba mengingat satu per satu kejadian yang menimpa dirinya.
Ia ingat saat ia pergi ke villa itu dengan teman-temannya, ia ingat dengan pertemuannya dengan kak Tian di hutan dan ia ingat tadi ia bertemu dengan Keke, Deva, papa dan kak Tian di ruangan lain yang
entah apa namanya.
“Rio, mama ke ruangan dokter dulu, ya” kata mama Rio. Rio mengangguk.
“Oh ya, nyokap gue udah sembuh ya?” tanya Rio.
“Iya, kemarin Shilla jemput nyokap lo di rumah sakit. Kata dokter nyokap lo bener-bener sembuh total” jawab Alvin.
“Thanks yah, Shil” kata Rio. Shilla tersenyum.
“Yo, lo tau nggak kalo lo itu koma tiga hari” kata Cakka. Rio melongo.
“Ha? Yang bener lo?” tanya Rio. Cakka mengangguk.
“Oh ya, Ray sama Ify mana?” tanya Rio.
“Tadi pergi makan siang” jawab Cakka.
Tiba-tiba pintu kamar tempat Rio dirawat diketuk.
“Masuk” kata Alvin. Ray masuk bersama Ify.
“Kak Rio? Udah sadar, kak?” tanya Ify. Rio mengangguk.
“Wah, hero kita udah sadar nih” kata Ray.
“Hero?” tanya Rio.
“Hahaha…pengorbanan lo besar, Yo. Nyawa taruhannya” jawab Ray. Rio tertawa.
“Bener-bener berakhir ya?” tanya Rio. Teman-temannya mengerti apa yang dibicarakan Rio. Shilla mengangguk.
“Semuanya udah terungkap, Yo” kata Cakka.
“Maksud lo?” tanya Rio. Cakka menceritakan semuanya pada Rio. Rio terkejut mendengar cerita dari teman-temannya.
“Jadi, lo bukan anak kandung bokap lo, Vin?” tanya Rio. Alvin mengangguk.
“Iya. Tapi nggak apa-apa. Toh sekarang sikap bokap ke gue udah berubah. Gue sekarang udah tinggal bareng bokap sama Ify lagi” jawab Alvin.
“Gue juga, yo. Sekarang gue tinggal sama nyokap dan bokap gue lagi. Cakka bantuin gue supaya mereka mau nerima gue lagi” kata Shilla. Rio senang jika teman-temannya bahagia.
“Gue balik ke kostan lagi, Yo. Gue mau kuliah. Lagian kostan gue deket sama kampus” kata Ray. Rio manggut-manggut. Setelah itu dokter datang untuk memeriksa keadaan Rio. Dokter mengatakan kalau
kondisi Rio sudah stabil. Tapi, masih harus berisitirahat di rumah sakit.
Dua hari kemudian, Rio sudah diperbolehkan untuk pulang.
“Welcome home, Rio” seru teman-temannya.
“Thanks” kata Rio. Rio diantarkan ke kamarnya. Lalu, Rio, mamanya dan teman-temannya makan bersama. Mama Rio masak masakan yang sangat lezat dan banyak.
“Wah, udah lama nggak makan masakan mama” kata Rio. Rio melahap semua masakan mamanya.
“Buset, perut apa gentong tu?” tanya Ray.
“Hahaha..yah, namanya juga orang kelaparan. Bosan makan makanan rumah sakit melulu” jawab Rio.
“Alah….baru juga dua hari lo makan makanan rumah sakit” kata Cakka. Rio tertawa.
“Oh ya, besok lo semua ke rumah gue ya” kata Cakka.
“Ha? Ada apa?” tanya Ify.
“Bokap gue pulang. Bawa banyak makanan. Lo semua pada mau, kan?” tanya Cakka.
“Ya iyalah” jawab mereka semua. Setelah makan bersama, teman-teman Rio pamit untuk pulang.
Sekarang Alvin sudah kembali tinggal di rumahnya bersama papa dan adiknya, Ify. Ia berhasil memperbaiki hubungan dengan papanya. Sebenarnya, papa Alvin sangat menyayangi anaknya itu walaupun Alvin bukan anak kandung.
Shilla juga tidak tinggal di rumah Cakka lagi. Cakka menjelaskan pada mama dan papa Shilla kalau Shilla itu tidak gila. Mereka percaya dan akhirnya Shilla tinggal bersama keluarganya lagi.
Dan Ray kembali menjadi anak kost. Mereka berenam bisa hidup tenang sekarang, tanpa gangguan bayangan-bayangan hitam seperti dulu lagi.
Keesokan harinya di rumah Cakka….
“Hei, ayo masuk” ajak Cakka. Rio, Alvin, Ray, Ify dan Shilla masuk ke dalam rumah Cakka.
“Om Hanny mana, Cak?” tanya Shilla.
“Bokap lagi di kamar. Bentar lagi turun” jawab Cakka. Benar saja, tak lama kemudian om Hanny, papa Cakka menemui Cakka dan teman-temannya.
“Hai, om” sapa Rio cs.
“Hai, kalian teman-teman Cakka, ya?” tanya om Hanny.
“Iya, om. Gimana perjalanan bisnisnya, om?” tanya Rio.

“Melelahkan. Om harus bolak balik Jakarta-Swiss satu bulan kemarin. Jadi nggak ada waktu buat nemenin Cakka di rumah” jawab om Hanny.
“Oh ya, pa. Cakka bawa temen-temen ke belakang ya” kata Cakka.
“Iya” jawab om Hanny. Cakka mengajak teman-temannya ke kolam renang yang terletak di belakang rumah Cakka.
“Mau berenang ya, Cak?” tanya Ray.
“Ya nggak lah. Lebih enak ngobrol disini” jawab Cakka. Pembantu Cakka datang membawakan makanan yang yang dibawa papa Cakka dari luar negeri. Makanan itu, langsung diserbu oleh teman-temannya.
“Wah, kayak ngerebutin sembako lo semua” kata Cakka.
“Kalau situasi kayak gini wajib, Cak. Jarang-jarang gue bisa makan cokelat Swiss” jawab Alvin. Mereka semua tertawa.
Hari itu mereka habiskan di rumah Cakka. Mereka juga sempat menceburkan Ray ke dalam kolam.
“Oh ya, lusa gue ulang tahun. Gue mau ngerayain di luar. Lo semua pada mau ikut, kan?” tanya Alvin.
“Sip” jawab teman-temannya serempak.
Sekitar pukul 2 siang, mereka pulang.
“Shil, gue antar ya?” tawar Rio. Shilla mengangguk.
“Ya udah, kita semua pulang dulu ya…” kata Ray.
Alvin dan Ify pulang naik mobil, Ray pulang naik motornya, dan Rio pulang naik Motty membonceng Shilla.
“Shil, besok lo ada acara?” tanya Rio.
“Nggak. Emang ada apa?” tanya Shilla.
“Temenin gue beli kado buat si Alvin” jawab Rio.
“Boleh. Gue juga mau beli kado” kata Shilla. Setelah mengantar Shilla, Rio menyempatkan diri pergi ke makam Keke, Deva dan papanya.
Sesampainya di tempat pemakaman, Rio menepuk dahinya.
“Mati gue! Gue lupa!” kata Rio. Setelah ia berdoa di depan makam ketiga orang yang disayanginya, ia segera memacu motornya kembali ke rumah.
“Ma….!! Mama!” panggil Rio.
“Iya, ada apa? Nggak usah pake teriak-teriak, Rio” jawab mamanya.
“Mama masih inget kak Tian, kan?” tanya Rio.
“Ya, dong. Masa mama lupa sama anak sendiri” jawab mama Rio.
“Rio tau dimana makam kak Tian, ma” kata Rio.
“Ha? Dimana?” tanya mama Rio.
“Di deket villa tempat kita terakhir pergi liburan dulu” jawab Rio. Rio menelepon teman-temannya.
Setelah itu, Cakka dan yang lainnya datang.
“Kemana, Yo?” tanya Cakka.
“Ke makam ka
k Tian” jawab Rio.
“Dimana, kak?” tanya Ify.
“Deket villa” jawab Rio.
Mobil Cakka melesat ke arah villa. Mereka sampai di villa.
“Kak Tian bilang, di belakang villa di deket pohon cemara” batin Rio.
Rio mengajak mama dan teman-temannya ke belakang villa. Tampaklah sebuah makam di samping pohon cemara disana. Rio berjalan menuju makam itu. Tidak ada nama di nisan itu.
“Kamu yakin, ini makam kakakmu, Yo?” tanya mama Rio. Rio mengangguk.
“Waktu Rio koma, kak Tian sempet datang dalam mimpi Rio, ma. Dia bilang disini” jawab Rio. Tiba-tiba, seorang bapak-bapak datang menghampiri Rio.
“Permisi, den. Ada yang bisa saya bantu?” tanya bapak itu.
“Eh, iya pak. Mau tanya ini makam siapa, ya?” tanya Rio.
“Kalau bapak tidak salah, ini makam anak laki-laki yang kayaknya hilang 3 tahun lalu. Orang-orang nemuin dia sudah meninggal di tengah hutan. Bapak makamin aja dia disini” jawab bapak itu.
“Makasih ya, pak” kata Rio. Bapak itu mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Pasti ini makam kak Tian” kata Rio. Mamanya mengangguk. Mama Rio berdoa sejenak di makam putra sulungnya itu. Setelah itu, mereka semua pulang.

Di rumah Rio…
“Rio, mama bersyukur akhirnya bisa menemukan makam Tian” kata mama Rio. Rio tersenyum lalu memeluk mamanya.
“Rio juga bersyukur, ma. Karena Rio masih punya mama disini dan akhirnya mama sembuh” jawab Rio.
“Ya udah, kamu mandi gih. Mama masak makan malam dulu” kata mama Rio. Rio menurut. Sesampainya di kamar, Rio mendengar suara yang berasal dari kamar Tian. Karena penasaran, Rio membuka pintu kamar Tian yang sudah lama tidak dibuka.
“Kak..” panggil Rio. Tian berada di dalam kamar itu. ia menoleh dan tersenyum pada adiknya.
“Thanks, Yo. Kamu udah bawa mama ke makam kakak. Kakak bener-bener kangen sama mama” kata Tian.
“Iya, kak” jawab Rio.
“Oh ya, ini mungkin terakhir kalinya aku nemuin kamu sebelum aku bener-bener pergi. Aku minta kamu jagain mama dan tolong urusin kamar aku ini” pesan Tian. Rio tersenyum.
“Pasti, kak” Lalu, Tian menghilang dari hadapan Rio. Sebuah senyum dari Rio mengiringi kepergian Tian.
Sekarang dia benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Rio kembali ke kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju, Rio menemani mamanya makan malam.

Keesokan harinya…
“Ma, Rio pergi bareng Shilla, ya” kata Rio.
“Iya. Mama perhatiin akhir-akhir ini kamu deket sama Shilla, ya?” komentar mama Rio. Rio
tersenyum.
“Rio pergi ya, ma” Rio mencium tangan mamanya, lalu memacu Motty ke rumah Shilla.
Setelah menjemput Shilla, Rio segera memacu motornya ke sebuah pusat pertokoan. Mereka mencari kado yang tepat untuk Alvin.
“Lo beli apa, Shil?” tanya Rio. Shilla menunjuk sebuah kupluk berwarna abu-abu.
“Bagus juga selera lo” puji Rio.
“Kalo lo beli apaan?” tanya Shilla.
“Wrist band keren warna biru” jawab Rio. Setelah membayar belanjaan. Rio mengajak Shilla ke toko buku.
“Beli buku apa, Yo?” tanya Shilla.
“Beli novel” jawab Rio. Setelah ia menemukan novel yang akan dibelinya, Rio membayar novel tersebut. Lalu, ia mengakhiri jalan-jalannya dengan Shilla di sebuah warung makan di pinggir jalan.
“Lo suka makan di tempat ini, ya Yo?” tanya Shilla.
“Iya. Lebih enak nikmatin suasana malam disini. Kesannya lebih nyata” jawab Rio.
“Gue juga” komentar Shilla. Setelah makan malam, Rio mengantar Shilla pulang. Lalu, ia pulang ke rumahnya sendiri.
Sesampainya di rumah, Rio langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Besok adalah hari ulang tahun Alvin.

Hari ulang tahun Alvin di sebuah studio band.
“Kok disini, Vin?” tanya Cakka.
“Gue ngerayain ulang tahun sekaligus ngeresmiin studio band gue” jawab Alvin.
“Wah, keren ni studio, Vin” puji Ray sambil memegang drum yag ada di studio itu.
“Kenapa, Ray? Pengin nostalgia sama drum itu?” tanya Alvin. Ray mengangguk antusias.
“Sabar dulu, bro. Makan dulu” kata Rio. Mereka berenam merayakan ulang tahun Alvin dengan makan-makan di dalam studio band Alvin. Memang sederhana tapi sangat berarti untuk mereka. Tak lupa mereka berlima memberikan kado pada Alvin.
“Sumpah, hari ini hari ultah gue yang paling berarti” kata Alvin.
“Gimana kalo kita bikin band?” usul Ify. Yang lain saling berpandangan.
“Setuju!” seru mereka serempak. Akhirnya mereka berenam sepakat untuk membuat band.
“Moga persahabatan kita ini erat” doa Shilla.
“Amin” teman-temannya meng-aminkan
.
“Gue sadar, kalo kita nggak boleh sia-siain hidup kita” kata Ray.
“Iya, dan gue nemuin hal yang terbesar dalam hidup gue” tambah Rio.
“Apaan tuh?” tanya Ify.
“Persahabatan dan kematian” jawab Rio. Teman-temannya terlihat bingung.
“Kita nggak boleh nyia-nyiain persahabatan yang kita jalin selama ini karena sahabat juga punya andil besar dalam hidup ini. Juga cinta yang diberikan orang-orang sekitar kita. Terutama ortu. Dan kematian, coba lo pikir, kita ini hidup untuk mati, kan?” jawab Rio.
“Iya. Kita semua pasti mati” tambah Shilla.
“Makanya kita harus gunain hidup kita sebaik-baiknya” kata Alvin.
“Makasih ya, selama ini lo semua ada di samping gue. Dan bantuin lewatin masa-masa sulit gue” kata Cakka.
“Gue juga. Tanpa kalian, masalah menyeramkan tempo hari nggak akan selesai” tambah Shilla.
Mereka semua menghabiskan waktu di studio band Alvin. Mereka berenam berjanji untuk tidak akan pernah melupakan hari itu dan akan menjaga persahabatan mereka sampai kematian datang menjemput mereka.

Sudah lama Rio, Shilla, Ify, Alvin, Ray dan Cakka bersahabat. Band yang mereka dirikan bersama terpaksa vakum karena urusan mereka masing-masing. Walaupun begitu, mereka persahabatan mereka berenam tetap utuh.
5 tahun kemudian...
Di ruang tunggu sebuah bandara di Amerika..
"Oh no! Ni bandara atau terminal, sih? Lama amat berangkatnya. Pake ditunda segala lagi" seorang cowok gondrong nan gagah sibuk ngedumel di bandara. Ya, dialah Ray. Ray sekarang sedang melanjutkan kuliahnya di Amerika. Ia mengambil strata dua jurusan hubungan internasional. Hari ini, Ray akan pulang ke Indonesia. Kuliahnya sedang break karena libur musim panas. Pesawat yang akan membawa Ray ke Indonesia keberangkatannya ditunda. Hal ini membuat Ray ngedumel sendiri di ruang tunggu. Seorang bule yang duduk di sebelah Ray memandangnya bingung. Ray yang merasa diperhatikan jadi risih. Dipelototinya bule itu.
"Ape lo bule?" tanya Ray dengan galak. Si bule yang tidak mengerti dengan bahasa Ray buru-buru mengalihkan pandangannya. Satu jam kemudian, penumpang pesawat yang akan berangkat ke Indonesia dipersilahkan naik ke pesawat. Ray duduk di seat yang sudah tertera di tiketnya. Kira-kira setengah jam ia duduk di pesawat. Pesawat itu tidak juga berangkat.
"Gila! Lelet banget ni pesawat" omel Ray. Ia melihat ke kursi penumpang yang ada di sebelahnya. Belum ada penumpang. Ray mengerti kenapa pesawat yang ditumpanginya tak juga berangkat.
"Hm..pantesan! Lelet banget penumpangnya. Siapa sih, yang duduk disini?" Ray bertanya-tanya.
Tiba-tiba seorang cewek masuk ke dalam pesawat dengan napas yang ngos-ngosan. Ia mencari seatnya. Lalu, ia duduk di kursi penumpang di sebelah Ray. Ray menoleh pada cewek itu. Dipandanginya cewek itu. Wajah cewek itu sangat familiar. Cewek itu risih karena diperhatikan oleh Ray. Ia pikir cowok yang duduk disebelahnya adalah bule.
"Heh, bule! Ngapain lo liatin gu.." kata-kata cewek itu terputus ketika melihat wajah cowok yang duduk di sebelahnya.
"Ray!" kata cewek itu terkejut. Ray ingat cewek itu setelah mendengar suaranya.
"Ify!" jawab Ray. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Ify.
"Kok lo disini?" tanya Ray pada Ify yang menurutnya semakin cantik.
"Ya kuliahlah. Masa gue mau ngamen disini. Gue kangen banget sama lo" kata Ify.
"Gue juga" jawab Ray.
"Tapi lo kebangetan ya, Ray. Lo nggak pernah nelfon gue lagi" kata Ify.
"Ya, mana gue tau kalo lo itu bakalan kuliah disini juga. Lagian nomer lo nggak aktif lagi" jawab Ray. Ify nyengir.
"Hehehe. Iya, gue ganti nomer" kata Ify.
"Lo diundang, Ray?" tanya Ify. Ray mengerti apa maksud dari pertanyaan Ify. Ray mengangguk.
"Ya iyalah. Pas gue denger, gue langsung kaget" jawab Ray.
"Gue juga. Kak Alvin ngasih tau gue. Habis itu gue langsung pesen tiket" kata Ify.
Ray benar-benar terpesona melihat Ify yang sekarang. Rambut Ify sekarang bergelombang. Ify pun sekarang jadi lebih stylish. Tak lama kemudian, pesawat itu pun lepas landas. Selain untuk berlibur, kepulangan Ray dan Ify ke Indonesia adalah untuk menghadiri moment pertunangan sahabat mereka, Rio dan Shilla. Ya, Rio akan bertunangan dengan Shilla. Acaranya akan diadakan lusa. Akhirnya Ray dan Ify sampai juga di bandara Soekarno-Hatta.
"Heh, Indonesia i'm back" kata Ray.
"Lo dijemput, Ray?" tanya Ify.
"Mungkin. Lo Fy?" tanya Ray balik. Ify mengangguk.
"Kak Alvin sama yang lainnya jemput gue" jawab Ify. Terdengar seseorang memanggil Ify. Ify menoleh.
"Itu mereka, kesana yuk" ajak Ify. Ify dan Ray bergegas menuju sumber suara yang memanggil Ify.
"Kak Alvin!" seru Ify. Ia memeluk kakak tercintanya itu
"Ray!" seru seseorang. Ia adalah Cakka.
"Yo!" sapa Ray.
"Lo balik kenapa nggak bilang-bilang?" tanya Rio.
"Gue rencananya mau kasih kejutan buat kalian semua. Terutama sweet couple kita ini" jawab Ray.
"Gila, gue pulang ternyata udah tunangan aja lo berdua. Kagak dapet jatah PJ deh gue" lanjut Ray. Rio, Alvin, Shilla, Cakka dan Ify tertawa. Mereka berenam meninggalkan bandara. Mereka pergi makan ke sebuah restoran.
Di restoran...
"Eh Yo, gimana kerjaan lo?" tanya Ray.
"Baik-baik aja" jawab Rio. Sekarang, Rio sudah menjadi manager sebuah perusahaan.
"Kuliah lo gimana, Ray?" tanya Cakka.
"Lancar. Kalo lo?" tanya Ray.
"Gue juga lancar. Tahun depan gue wisuda S2 gue" jawab Cakka.
"Kuliah kamu gimana, Fy?" tanya Alvin.
"Lancar banget, kak. Ify jadi anak kesayangan dosen disana" jawab Ify.
"Wah, wah. Adek gue emang selalu bikin bangga" kata Alvin.
"Perusahaan rekaman lo apa kabarnya, Vin?" tanya Ray.
"Baik, kok" jawab Alvin. Alvin sekarang menjadi seorang direktur perusahaan rekaman.
"Shil, gimana cara kak Rio ngelamar lo?" tanya Ify. Shilla tertawa.
"Rio ngelamar Shilla di warteg" jawab Cakka. Ray dan Ify melongo.
"Ha? Yang bener?" tanya Ify dan Ray berbarengan.
"Hahaha, iya. Pas Rio ngelamar gue, orang-orang yang lagi pada makan disana pada nontonin kita. Tapi gue nggak bakalan lupa sama moment itu" jawab Shilla.
Tiba-tiba hp Shilla berbunyi. Ada sebuah pesan untuknya. Dibacanya pesan itu.
"Dari siapa, Shil?" tanya Rio.
"Pelanggan. Biasa, minta order baju" jawab Shilla. Siang itu, mereka berenam bernostalgia ria bersama.
Keesokan harinya, Ray pergi sebuah makam. Makam Olivia.
"Hai, Liv. Udah 5 tahun gue nggak kesini. Gue kangen banget sama lo" kata Ray. Ia banyak bercerita di makam Olivia dan berdoa sejenak.
"Moga lo tenang disana" kata Ray. Terdengar sebuah bisikan yang sangat dikenal Ray.
"Aku harap kamu bahagia, Ray" bisik suara itu.
"Oliv?" panggil Ray. Tidak ada jawaban lagi. Ray tersenyum.
"Pasti. Gue pasti bahagia" kata Ray.
Sementara itu, Rio berada di makam Keke, Deva dan papanya. Shilla ikut menemani Rio.
"Ke, besok gue akan tunangan sama Shilla. Gue mohon doa dari lo. Dan asal lo tau, kehadiran lo nggak akan pernah terganti di hati gue" kata Rio.
"Keke, gue mau izin sama lo. Gue janji akan jagain Rio. Semoga lo tenang disana" tambah Shilla.
"Gue akan selalu doain lo berdua" terdengar sebuah suara yang lembut. Rio dan Shilla tersenyum. Setelah itu, mereka berdua beranjak dari makam Keke menuju makam Deva dan papa Rio. Mereka berdoa disana.
"Kita pergi sekarang?" tanya Rio. Shilla mengangguk. Rio memacu mobilnya ke makam Tian.
"Kak, aku datang lagi. Besok aku tunangan sama Shilla. Aku mohon doa dari kakak. Semoga kakak tenang disana" kata Rio. Setelah berdoa disana, Rio dan Shilla pulang. Setelah mereka meninggalkan makam Tian, terlihat sesosok seorang cowok berdiri di bawah pohon cemara di dekat makam.
"Aku akan selalu doain kebahagiaan kamu dan kamu harus tau kalau aku udah tenang disini" kata cowok itu.
Malam harinya, keenam sahabat itu berkumpul bersama di rumah Rio. Rumah Rio sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara besok.
"Dekorasinya keren, Yo" puji Alvin.
"Ya iyalah, Rio gitu loh" jawab Rio.
"Oh ya, Shil. Besok lo pake baju apa?" tanya Ify.
"Gue pake kebaya yang udah gue desain sendiri" jawab Shilla.
"Tunangan gue ini emang selalu bikin gue kagum" kata Rio. Shilla tersenyum.
"Calon. Inget, masih calon" kata Cakka. Mereka semua tertawa.
"Besok lo semua musti datang tepat waktu" kata Rio. Mereka berenam menghabiskan waktu bersama di rumah Rio. Sekitar pukul setengah sepuluh malam, mereka pamit pulang.

Hari H pertunangan Rio dan Shilla...
Shilla nampak cantik dengan kebaya modern berwarna cokelat itu. Sepadan dengan Rio yang memakai kemeja putih dan jas cokelat.
"Kamu cantik banget malam ini, Shil" puji Rio. Shilla tersenyum sangat manis.
"Kamu juga ganteng malam ini" balas Shilla sambil merapikan dasi Rio.
"Ehem!" terdengar seseorang berdehem.
"Alvin? Lo bareng Sivia?" tanya Rio. Alvin mengangguk.
"Selamat ya, bro. Gue tunggu undangan pernikahan lo" jawab Alvin yang malam itu
datang dengan Sivia. Penyanyi pendatang baru sekaligus pacar Alvin.
"Rio, Shilla. Selamat ya" kata Sivia
.
"Makasih, Vin, Via" jawab Shilla. Tak lama kemudian, terlihat Cakka yang datang bersama Agni, juniornya di kampus.
"Selamat, Rio, Shilla" kata Cakka dan Agni.
"Thanks, yah. Oh ya, Vin. Ify mana?" tanya Rio.
"Katanya tadi nyusul" jawab Alvin.
"Ray juga belum datang" kata Shilla.
"Ah, payah nih mereka berdua" komentar Cakka.
Setengah jam kemudian, datanglah seorang cowok dan seorang cewek bersama. Mereka tampak serasi. Si cewek mengenakan dress selutut berwarna biru dan si cowok memakai kemeja biru dan jas putih.
"Wow...." komentar Sivia.
"Kenapa, Via?" tanya Alvin. Sivia menunjuk pada pasangan yang baru datang itu.
"Tu cowok ganteng banget" Agni terpesona. Cakka merasa tersaingi.
"Ah, masa? Gantengan juga gue". Eh, perasaan gue tau sama tuh cowok" kata Cakka.
"Itu Ray!" kata Rio. Ia memanggil Ray dan Ify.
"Wah, lo berdua kagak bilang-bilang mau datang bareng" protes Cakka. Ray cengengesan.
"Hm...pantesan kamu tadi diajak bareng nggak mau" kata Alvin.
"Hehe...peace kak" kata Ify.
"Oh ya, Vin. Gue mau minta izin sama lo. Gue mau pdkt sama adek lo yang cantik ini" kata Ray. Yang lain tertawa.
"Gue sih nggak keberatan" jawab Alvin.
"Yes!!!" kata Ray.
"Shil, lo cantik banget" puji Ify.
"Makasih. Lo juga cantik kok. Sebanding sama Ray" kata Shilla.
"Ha? jadi gue cantik?" tanya Ray.
"Ya nggaklah. Maksud gue Ify sebanding sama lo. Dia cantik, elo ganteng" jawab Shilla.
"Yes, Shilla aja bilang gue ganteng" kata Ray. Mereka tertawa.
Setelah itu, acara yang sebenarnya dimulai. Rio menyematkan sebuah cincin di jari Shilla. Shilla pun begitu. Tepuk tangan meriah diberikan pada pasangan itu. Ify tampak terharu melihat Rio dan Shilla.
"Shil, makasih banget ya, selama 5 tahun ini kamu udah mau jadi sahabat dan pacar aku. Dan sekarang kamu udah jadi tunangan aku. Kamu juga menemaniku disaat-saat sulit seperti saat menyeramkan 5 tahun lalu." kata Rio
"Aku juga, Rio. Walaupun aku nggak bisa ngegantiin Keke di hati kamu, tapi aku harap aku bisa ngisi ruang yang kosong di hati kamu, Rio" jawab Shilla.
"Pasti" balas Rio. Malam itu menjadi malam yang paling indah bagi Rio dan Shilla, dan juga bagi keempat sahabat mereka. Rio teringat pada ucapannya saat ulang tahun Alvin 5 tahun lalu, hal yang paling
besar dalam hidup adalah persahabatan, cinta dan kematian yang pasti akan datang menghampiri dirinya dan teman-temannya.
"Sekali lagi, selamat ya Rio-Shilla!" ucap Ray.
Setelah 5 tahun berlalu, mereka tetap bersahabat erat. Bahkan diantara mereka ada yang jadi jodoh.

---------------------------------------------------- THE END ----------------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar