CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 15 Juli 2013

Persahabatan dan Kematian (part 3)



“Lo tenang aja, Cak. Sepupu lo yang cantik itu ada di rumah Rio” kata Alvin.
“Ha? Yang bener lo? Gue kesana sekarang, ya?” kata Cakka. Ia ingin melihat keadaan Shilla.
“Oke, gue tunggu” kata Alvin.
“Kenapa, Vin?” tanya Rio menghampiri Alvin.
“Cakka mau ke sini. Dia mau ngeliat keadaan Shilla” jawab Alvin.
Alvin kembali menonton berita bersama Rio. Mereka berdua terkejut melihat sebuah berita yang ditayangkan.
“Ada apa, Vin?” tanya Shilla. Alvin menunjuk ke TV.
“Sebuah kecelakaan telah menimpa band Holmes. Bis yang membawa mereka untuk pergi tur, menabrak pohon. Akibatnya, 4 dari 5 personil dinyatakan tewas. Sedangkan sang drummer, Ray berhasil selamat dari kecelakaan maut itu. Ray mengalami luka pada bagian kepala. Sekarang Ray masih dirawat di rumah sakit. Polisi masih mencari sopir bis yang dianggap lalai mengemudikan bis tersebut” kata penyiar berita itu. Sebuah foto diperlihatkan di layar TV.
“Itu cowok yang ada dalam mimpi gue” kata Shilla. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil. Itu mobil Cakka.
“Cak, kita udah tau siapa cowok yang ada di mimpi Shilla” kata Alvin.
“Siapa?” tanya Cakka.
“Raynald, drummer band Holmes. Sekarang dia ada di rumah sakit” jawab Ify.
“Kita ke rumah sakit sekarang?” tanya Shilla.
“Iya” kata Rio.
Mereka semua pergi menuju rumah sakit dengan mobil Cakka. Ify sempat melihat nama rumah sakit tempat Ray dirawat saat melihat tayangan berita tadi.
Sesampainya di rumah sakit…
“Permisi, suster. Korban kecelakaan bus kemarin dirawat di kamar nomer berapa?” tanya Alvin.
“Namanya siapa, ya?” tanya suster itu.
“Ray. Muhammad Raynald Prasetya” jawab Shilla.
“Sebentar. Muhammad Raynald Prasetya di kamar VIP 57” kata suster itu.
Rio cs segera menuju ke kamar VIP 57 yang terletak di lantai 3. Ify mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Alvin membuka pintu kamar itu. Kamar itu kosong. Alvin melihat ke balkon kamar. Seorang cowok seumurannya sedang berusaha memanjat ke atas pagar balkon. Cowok itu berniat bunuh diri..
Cowok itu berniat bunuh diri. Alvin segera berlari kearah balkon dan menahan tangan cowok itu.
“Hei, lo gila ya!!” kata Alvin.
“Ngapain lo nahan gue?! Gue nggak pantas hidup lagi!!” jawab cowok itu yang ternyata adalah Ray.
“Jangan lo sia-siain hidup lo!” kata Alvin. Rio dan yang lainnya masuk untuk mencegah Ray
bunuh diri.
“Jangan lo akhiri hidup lo dengan bunuh diri” kata Ify.
“Temen-temen gue udah manggil gue buat nyusul mereka” kata Ray.
“Nggak, Ray. Nggak semua masalah bisa diselesain dengan cara bunuh diri” jawab Shilla.
“Lo bodoh!!” kata Cakka. Semua orang yang ada di kamar Ray terdiam.
“Lo milih untuk bunuh diri daripada lo ngusut kematian temen-temen lo. Kita semua tau kalau lo itu nggak rela atas kematian mereka. Kita semua sama ama lo” lanjut Cakka.
“Sama?” tanya Ray.
“Iya. Pelayan bribadi gue yang udah ngurusin gue dari kecil tewas di gudang bawah tanah di rumah gue. Lo tau kenapa?” tanya Cakka. Lalu melanjutkan.
“Bayangan hitam itu yang udah ngebunuh dia” kata Cakka. Ray terkejut.
“Bayangan hitam? Sebelum kecelakaan gue juga ngeliat bayangan itu” batin Ray.
“Dan Rio. Pacar, sahabat dan bokapnya meninggal gara-gara bayangan itu juga” lanjut Cakka sambil menunjuk kearah Rio.
“Jadi kalian juga ngeliat bayangan itu?” tanya Ray. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.
“Iya. Dan kita butuh lo, Ray” kata Rio. Ray menyuruh Rio cs duduk di sofa kamar itu dan Rio cs
memperkenalkan diri masing-masing.
“Infus lo mana, Ray?” tanya Ify.
“Gue buka” jawab Ray. Ia menatap Ify.
“Lo? Gue pernah liat lo dalam mimpi gue” kata Ray.
“Lo juga dapet sinyal itu, Ray? Mimpi itu pertanda kalo kita harus nemuin orang yang ada dalam mimpi kita” kata Alvin.
“Maksud lo?” tanya Ray.
“Gue mimpi Rio datang dalam mimpi gue” jawab Alvin.
“Shilla ada dalam mimpi gue” sambung Rio.
“Gue mimpi, lo ada dalam mimpi gue” lanjut Shilla.
“Lo mimpi gue ada di mimpi lo dan gue mimpi Cakka ada dalam mimpi gue” kata Ify.
“Kamu nggak pernah cerita sama kakak, Fy?” tanya Alvin. Ify tersenyum.
“Ify tau kalau suatu saat Ify pasti ketemu sama orang yang ada dalam mimpi Ify” jawab Ify.
“Dan gue mimpi Alvin datang dalam mimpi gue” kata Cakka. Semua melihat pada Cakka.
“Gue mimpi sehari sebelum Rio datang ke rumah gue membawa Alvin dan Ify” lanjut Cakka.
“Berarti kita bener-bener udah ditakdirkan bertemu?” tanya Ray.
“Iya. Lo mau bantuin kita?” tanya Rio. Ray mengangguk.
“Besok gue udah boleh pulang dari rumah sakit ini” kata Ray.
“Oke, besok kita ke rumah lo. Alamatnya dimana?” tanya Rio.
“Gue disini ngekost bareng temen se-band gue” jawab Ray.
“Ha! Gimana kalo lo tinggal di rumah kak Rio aja?” usul Ify.
“Wah, boleh juga tu, Ray. Sekalian nemenin gue” jawab Alvin.
“Wah, wah. Jadi sekarang rumah gue jadi markas, nih?” tanya Rio.
“Yo, rumah lo kan gede. Kan banyak kamar di rumah lo” kata Alvin.
“Iya. tapi gedean rumah Cakka” jawab Rio.
“Ya jelaslah. Cakka kan anak pengusaha ternama” kata Shilla.
“Boleh deh” jawab Ray. Setelah berbincang-bincang selama 2 jam, Rio cs akhirnya pulang.
“Oh ya, Yo. Makasih ya udah bolehin gue nginep tadi malam” kata Shilla.
“Iya, sama-sama. Sekarang lo mau tinggal dimana?” tanya Rio.
“Hei, gue kan nggak sendiri disini. Gue bisa tinggal di rumah sepupu gue, Cakka” jawab Shilla. Rio hanya garuk-garuk kepala.
“Rio ngarep kalo lo tinggal disini lagi, Shil” sindir Alvin. Rio menyikut Alvin.
“Habis, masakan lo enak” kata Rio. Shilla tertawa.
“Besok gue masakin lagi, deh. Sekalian buat nyokap lo. Gue peng
en jenguk dia” kata Shilla.
“Boleh, tuh. Besok habis jemput Ray, lo semua mau nemenin gue kan?” tanya Rio.
“Pasti”
Keesokan harinya…
“Thanks, ya udah mau ngejemput gue” kata Ray.
“It’s OK. Oh ya, habis ini kita jenguk nyokap Rio” kata Cakka.
“Dimana?” tanya Ray.
“Rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Ha?” Ray tidak percaya.
“Kenapa? Lo nggak percaya?” tanya Ify. Ray mengangguk.
“Nyokap kak Rio masuk rumah sakit jiwa karena depresi berat setelah bokap kak Rio meninggal” jawab Ify.
“Yo, sorry ya” kata Ray.
“Nggak apa-apa, kok. Cabut, yuk” kata Rio.
Mereka berenam berangkat menuju rumah sakit jiwa dengan mobil Cakka. Sampailah mereka di rumah sakit jiwa tempat mama Rio dirawat.
“Permisi, suster. Dokter Rizky ada?” tanya Rio.
“Ada. Adek ini siapa, ya?” tanya suster itu.
“Mario” jawab Rio.
“Oh, dek Rio ya? Langsung masuk aja, dek. Dokter Rizky ada di dalam” kata suster itu.
Rio masuk ke dalam ruangan dokter. Sedangkan teman-temannya menunggu di luar.
“Permisi, dok” kata Rio.
“Eh, Rio. Silahkan duduk” kata dokter Rizky.
“Gimana keadaan mama, dok?” tanya Rio.
“Setelah menjalani terapi selama beberapa hari ini, ibu anda mengalami kemajuan yang pesat. Beliau sudah bisa diajak bicara seperti dulu. Tapi, jangan sekali-kali menyebut tentang ayah anda di depan beliau. Beliau masih belum terlalu sehat” jawab dokter Rizky.
“Jadi, mama saya belum boleh pulang, dok?” tanya Rio.
“Belum. Tapi, kamu bisa jenguk ibu kamu sekarang” jawab dokter Rizky.
“Terima kasih, dok” kata Rio. Ia keluar dari ruangan dokter Rizky.
“Gimana, Yo?” tanya Alvin.
“Nyokap gue udah bisa diajak ngomong kayak dulu lagi. Tapi, gue harap lo semua nggak ngungkit masalah bokap gue” jawab Rio.
“Sip” jawab Cakka.
Mereka diantar oleh suster ke sebuah kamar yang terpisah dengan pasien-pasien lainnya.
“Ma” sapa Rio. Mama Rio menoleh.
“Rio! Mama kangen banget sama kamu, nak” jawab mama Rio. Rio memeluk mamanya.
“Gimana keadaan mama?” tanya Rio.
“Mama nggak betah disini, sayang” jawab mama Rio. Rio tertawa.
“Mama kan belum sembuh benar. Sabar aja dulu, ma” kata Rio.
“Mereka siapa?” tanya mama Rio menunjuk teman-teman Rio.
“Oh, mereka berlima itu temen Rio, ma. Yang pake baju merah itu namanya Alvin, yang pake jaket hijau itu Cakka, yang gondrong itu Ray, yang rambutnya diiket namanya Shilla, trus yang pake bando itu Ify” kata Rio memperkenalkan teman-temannya.
“Siang, tante” sapa mereka serempak.
“Siang” jawab mama Rio.
“Oh ya, tante. Ini Shilla bawain makanan buat tante. Kata Rio, tante paling suka bubur ayam. Makanya Shilla bikinin bubur ayam khusus buat tante” kata Shilla sambil memberikan kotak makanan yang berisi bubur ayam.
“Makasih, Shilla” kata mama Rio.
Selama 4 jam, mereka menemani mama Rio. Rio menyempatkan diri untuk menyuapi mamanya. Setelah itu, mereka pulang.
“Ma, Rio pulang dulu ya” kata Rio.
“Tante, kami pulang dulu” kata teman-teman Rio.
“Iya, hati-hati. Makasih ya..” kata mama Rio.
Lalu, mereka berenam pulang. Sampailah mereka di rumah Rio.
“Yo, nyokap lo tadi nggak kayak orang depresi” kata Ray.
“Iya. Gue juga kaget. Perkembangan kesehatan mama pesat” kata Rio.
Tiba-tiba Ify berteriak.
“Kenapa, Fy?” tanya Alvin.
“Ify liat dia lagi, kak” kata Ify sambil menangis. Alvin langsung memeluk adik tercintanya itu.
“Gue udah nggak bisa tinggal diam lagi” kata Alvin.
“Guys, gimana kalo malam ini kita semua nginap disini?” tanya Cakka.
“Kita musti nyusun rencana” lanjutnya.
“Oke” jawab Shilla.
“Lo nggak keberatan kan, Yo?” tanya Cakka.
“Nggak, kok” jawab Rio.
Rio mengantar Shilla dan Ify ke kamar tamu yang berada di lantai bawah, Cakka dan Ray di kamar tamu yang terletak persis di depan kamar Ify dan Shilla, sedangkan Alvin di kamar Rio. Ketika berjalan menuju kamar Rio, Alvin melewati sebuah kamar.
“Yo, ini kamar siapa?” tanya Alvin.
“Kak Tian” jawab Rio.
“Kak Tian?” tanya Alvin.
“Iya. Kakak gue” jawab Rio.
“Trus, dimana dia sekarang?” tanya Alvin.
“Dia hilang. 3 tahun lalu waktu kita sekeluarga pergi liburan. Sampai sekarang nggak ada kabarnya” jawab Rio. Alvin sangat prihatin pada temannya yang satu ini.
“Sorry, yo” kata Alvin.
“Nggak apa-apa. Yuk, masuk” ajak Rio.
Alvin masuk ke kamar Rio. Ia kagum melihat kamar Rio. Kamar itu luas dan besar. Dindingnya berwarna biru muda. Alvin memperhatikan sekeliling kamar Rio. Matanya tertuju pada dua buah pigura foto. Yang satu terpampang foto Rio dan seorang cowok yang lebih tua darinya.
“Pasti itu Tian” pikir Alvin. Satu lagi adalah foto Rio bersama seorang gadis yang seumuran dengannya. Gadis itu sangat cantik.
“Cantiknya. Dia pasti Keke” batin Alvin. Rio mengeluarkan extra bednya.
“Kamar lo keren, yo” puji Alvin.
“Thanks, Vin. Oh ya, taruh aja barang-barang lo disana. Kita ke bawah sekarang” kata Rio. Alvin meletakkan barang-barangnya lalu mengikuti Rio ke lantai bawah.
Di ruang keluarga…
“Oke, gue bener-bener udah nggak tahan lagi sama bayangan yang selalu menghantui kita” kata Cakka.
“Gue juga udah capek berurusan sama bayangan itu” tambah Shilla.
“Sorry, guys. Gue mau jujur sama kalian semua” kata Ify tiba-tiba.
“Kenapa, Fy?” tanya Ray.
“Gue minta maaf karena udah nyembunyiin sesuatu yang besar dari kalian semua” kata Ify sambil menunduk.
“Apa itu, Fy?” tanya Alvin.
“Sebenernya…” kata Ify.
“Sebenernya apa, Fy?” tanya Cakka.
“Sebenernya bayangan hitam itu nggak cuma satu” jawab Ify. Semuanya terkejut, kecuali Rio. Karena dia sudah tahu sebelumnya.
“Kenapa lo baru bilang sekarang, Fy?” tanya Cakka.
“Sorry. Kemarin gue belum yakin sama apa yang gue liat” jawab Ify.
“Berarti bayangan hitam yang menghantui kita wujud aslinya berbeda-beda” komentar Ray.
“Gue baru liat dua sosok aslinya” kata Ify.
“Tiga. Gue juga udah ngeliat bayangan yang selalu menghantui gue” tambah Shilla.
“Kayak apa?” tanya Alvin.
“Sebelumnya, Ify minta kak Alvin jangan sedih, ya” kata Ify. Alvin mengangguk.
“Bayangan yang udah ngebunuh kakak kita mirip banget sama Dea, kak” kata Ify. Alvin terdiam. Ia tidak menyangka nama itu akan muncul kembali dalam hidupnya.
“Satu lagi?” tanya Cakka.
“Mirip sama dia” Ify menunjuk foto Tian.
“Itu siapa, Yo?” tanya Shilla.
“Kak Tian. Kakak gue yang hilang 3 tahun lalu” jawab Rio.
“Yang lo liat, Shil?” tanya Ray.
“Kiki” jawab Shilla. Cakka terbelalak.
“Kiki? Apa hubungan dia sama semua ini?” tanya Cakka.
“Kiki itu siapa, Cak?” tanya Ray. Cakka melihat Shilla. Shilla mengangguk.
“Nggak apa kok, Cak. Gue nggak apa-apa” kata Shilla.
“Kiki itu adalah orang yang selama ini ada di samping Shilla. Mereka selalu bersama dari lahir. Dengan kata lain, Kiki adalah kembaran Shilla, tapi mereka kembar y
ang dari beda sel telur” jawab Cakka yang membuat semua Rio, Alvin, Ify dan Ray terkejut.
“Kembaran? Lo punya kembaran, Shil?” tanya Alvin memastikan. Shilla mengangguk.
“Kiki meninggal karena bunuh diri” jawab Shilla.
“Kok bisa?” tanya Ify tidak percaya.
“Karena papa” jawab Shilla. Lalu melanjutkan.
“Gue sama Kiki selalu jadi perhatian banyak orang karena kekompakan kita berdua. Dulu Kiki adalah anak yang baik dan peduli pada orang-orang di sekitarnya. Sampai pada suatu hari, Kiki kecelakaan karena menyelamatkan seorang anak kecil di jalan raya. Sebuah mobil menabraknya hingga Kiki harus menghadapi kenyataan kalau kedua kakinya lumpuh. Sejak saat itu, Kiki kehilangan senyumnya. Papa
yang nggak bisa terima kenyataan malah membanding-bandingin gue dengan Kiki.
Papa bilang kalau Kiki sekarang nggak berguna lagi dan hanya gue yang bisa ngebahagiain beliau. Kiki nggak bisa terima dengan kata-kata papa yang dilontarkan padanya. Akhirnya, suatu hari gue nemuin Kiki udah meninggal di kamarnya. Kiki bunuh diri dengan cara menusuk perutnya sendiri” kata Shilla.
Shilla tidak meneteskan airmata sedikit pun. Diam-diam Rio kagum pada Shilla karena ketegarannya.
“Sorry ya, Shil. Kita nggak bermaksud buat ngungkit masa lalu lo itu” kata Ify.
“Nggak apa-apa. Toh, sekarang dia yang muncul lagi dalam kehidupan gue” jawab Shilla.
“Trus, kenapa lo bisa masuk rumah sakit jiwa?” tanya Alvin.
“Dua hari setelah Kiki meninggal, tiba-tiba gue bisa ngeliat kejadian duka yang pernah dialami orang lain. Gue nggak kuat dengan kemampuan gue itu. Gue sering teriak histeris kalau gue ngeliat kejadian duka orang lain. Papa dan mama malah masukin gue ke rumah sakit jiwa karena mereka nganggap gue depresi atas kematian Kiki. Disanalah gue mulai bisa ngeliat bayangan itu, dan gue ternyata bisa liat wujud aslinya yang ternyata adalah kembaran gue sendiri” jawab Shilla. Semuanya terdiam.
“Sekarang gue bener-bener takut. Musuh kita nggak cuma satu” kata Ray.
“Nggak, Ray. Kita nggak boleh takut. Lo harus lawan rasa takut lo itu” kata Ify. Rio dari tadi hanya diam membuat Alvin bingung.
“Yo, kenapa?” tanya Alvin.
“Gue penasaran, kenapa orang-orang di masa lalu kita malah menghantui kita sekarang?” jawab Rio.
“Gue juga, Yo. Padahal gue udah bisa ngelupain Dea. Tapi tiba-tiba, dia mncul lagi dalam hidup gue” kata Alvin.
“Vin, kalo boleh tau Dea itu siapa, sih?” tanya Cakka.
“Dia itu sahabat gue dari kecil. Dia meninggal tepat pada hari ulang tahunnya yang ke
-17. Polisi menduga, kalau Dea itu dibunuh” jawab Alvin.
“Yang jadi pertanyaan besar dalam benak gue sekarang adalah apa maksud mereka membunuh orang-orang yang kita sayangi?” kata Rio. Lalu, ia berpikir sejenak.
“Fy, Shil, lo berdua bisa ngeliat wujud asli bayangan itu, kan?” tanya Rio. Ify dan Shilla mengangguk.
“Lo bakal mainin peran yang besar dalam usaha kita kali ini” kata Rio. Teman-temannya saling berpandangan bingung.
“Maksud lo, Yo?” tanya Ray.
“Ify dan Shilla harus bisa ngomong sama mereka” jawab Rio. Ify bergidik. Alvin mengetahui perasaan adiknya.
“Lo harus usaha buat ngilangin rasa takut lo itu, Fy” kata Alvin menenangkan adiknya itu. Ify mengangguk.
“Gue akan coba” kata Ify.
“Gue juga” tambah Shilla.
Tiba-tiba pintu rumah Rio diketuk, padahal jam sudah menunjukka pukul sembilan malam.
“Siapa sih malam-malam gini” keluh Rio. Ia berjalan ke ruangan depan untuk membuka pintu.
Pada saat Rio sudah membuka pintu, tidak ada siapa-siapa. Hanya sebuah kertas yag ditemukannya. Rio mengambil kertas itu dan melihatnya. Kengerian menyelimuti dirinya saat membaca tulisan yang ada di kertas itu. Lama sekali Rio berada di depan pintu, membuat Alvin dan yang lainnya khawatir pada Rio. Alvin memutuskan untuk melihat Rio ke depan. Ia menghampiri Rio yang sedang membaca sebuah surat.
“Lo lama amat, Yo? Siapa tadi kesini?” tanya Alvin.
“Kak Tian” jawab Rio datar.
“Maksud lo?” tanya Alvin.
“Ini” Rio memperlihatkan kertas yang dibacanya tadi pada Alvin. Kertas itu berisi sebuah gambar villa dan alamatnya. Alvin menaikkan satu alisnya.
“Gue nggak ngerti, Yo” kata Alvin. Rio menutup pintu dan mengajak Alvin kembali ke tempat teman-temannya.
“Siapa, Yo?” tanya Cakka. Rio hanya diam.
“Siapa, Vin?” tanya Shilla. Alvin mengangkat bahu.
“Gue juga nggak tau. Kata Rio kak Tian” jawab Alvin.
“Kok lo bisa bilang kayak gitu, Yo? Emang Tian bener-bener datang kesini, ya?” tanya Ray.
“Nggak. Tapi ini buktiin kalo kak Tian yang datang” jawab Rio. Ia memperlihatkan kertas yang ditemukannya tadi. Teman-temannya melihat isi kertas itu.
“Gambar villa?” tanya Ify. Rio mengangguk.
“Disana tempat kita sekeluarga ngabisin waktu liburan sebelum kak Tian hilang” jawab Rio.
“Gimana lo bisa yakin kalo itu bener-bener Tian?” tanya Alvin. Rio menunjuk tulisan yang berada di belakang kertas itu. Ada tulisan ‘Must be there’.
“Must be there?” tanya Shilla.
“Kak Tian selalu ngomong itu ke gue. Soalnya gue itu lamban dan kak Tian capek nungguin gue terus kalo mau ke suatu tempat. Jadi, kak Tian selalu pergi duluan dan ngasih alamat tempat itu dan bilang ‘must be there’ yang artinya gue harus kesana” jawab Rio.
“Kita harus kesana” kata Ify.
“Sekarang? Udah malam kayak gini?” tanya Ray.
“Nggak. Kita kesana besok pagi” jawab Rio.
Setelah itu, mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Malam itu tidak seorang pun yang bisa tidur. Pukul 1 dini hari, dalam keheningan malam terdengar suara Shilla sedang berbicara dengan seseorang, tapi bukan Ify. Cakka yang mendengar itu, langsung membangunkan Ray. Ia memberi isyarat pada Ray untuk memberitahu Rio dan Alvin. Ray mengirimkan pesan ke hp Rio.
From : Ray
Yo, cepet ke bawah
..
Rio yang membaca pesan dari Ray itu segera mengajak Alvin untuk menuju ke bawah. Sesampainya di bawah, Rio dan Alvin menemukan Ray dan Cakka sedang menguping di depan kamar Ify dan Shilla.
“Ada apa?” tanya Rio.
“Sst…” Ray menyuruh Rio untuk diam lalu memberi isyarat pada Rio dan Alvin untuk mendengarkan pembicaraan yang sedang berlangsung di dalam kamar Shilla dan Ify.
“Maksud kamu?” terdengar suara Shilla.
“Kalau kamu ingin semua teman-teman kamu selamat, malam ini juga kamu harus pergi ke villa itu” kata suara seorang cowok. Rio mengenal suara itu. tanpa basa-basi lagi, Rio membuka pintu kamar. Seketika itu juga, bayangan hitam yang sedang bicara dengan Shilla itu menghilang.
“Rio?” tanya Shilla.
“Tadi pasti kak Tian. Gue yakin itu kak Tian” kata Rio. Shilla mengangguk.
“Kita harus pergi ke villa itu” kata Ify.
Akhirnya, malam itu juga mereka berenam berangkat menuju villa yang ditunjukkan oleh gambar. Mereka berangkat dengan mobil Cakka.
“Yo, villanya jauh ya?” tanya Alvin. Rio mengangguk.
Dalam perjalanan itu, Ray tertidur. Dan tiba-tiba dia terbangun.
“Kenapa, Ray?” tanya Alvin yang duduk di sebelah Ray.
“Oliv…” jawab Ray.
“Siapa?” tanya Ify.
“Olivia, mantan personil band gue” jawab Ray. Lalu melanjutkan.
“Gue punya firasat kalo dia salah satu dari bayangan itu” kata Ray.
“Ha? Musuh kita nambah lagi” jawab Alvin.
“Dia cewe
k yang mutusin untuk keluar dari band lo dan meninggal dalam kecelakaan mobil, kan?” tanya Shilla. Ray mengangguk.
“Kok lo..?” tanya Ray.
“Shilla bisa liat kejadian duka yang dialami seseorang” jawab Rio.
Malam itu menjadi malam yang sangat mencekam bagi mereka berenam. Perjalanan itu membutuhkan waktu 2 jam, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah villa yang sama persis dengan gambar yang diterima Rio tepat jam 3 pagi.
“Gila! Serem banget ni villa” komentar Cakka. Villa besar itu terletak diantar dua pohon beringin besar yang mengapitnya. Seakan-akan pohon itu yang menguasai suasana yang mencekam itu.
“Yo, bener ini tempatnya?” tanya Alvin.
“Iya. Gue yakin. Gue masih inget villa ini” jawab Rio. Rio membuka pagar villa dan masuk ke dalamnya. Alvin, Cakka, Ray, Shilla dan Ify mengikutinya di belakang. Rio membuka pintu masuk ke villa itu.
“Vin, lo bawa senter kan?” tanya Rio.
“Iya” jawab Alvin sambil menyalakan senternya. Mereka berenam masuk ke dalam villa dengan mengandalkan sebuah senter.
“Trek…trek…” sebuah suara mengejutkan mereka berenam. Alvin mengarahkan senter ke arah sumber suara.
“Cit..cit…” ternyata hanya seekor tikus. Lalu, mereka meneruskan langkah mereka.
“Krieet….tok” terdengar suara pintu ditutup. Kali ini mereka berenam benar-benar terkejut.
“Feeling gue bilang kalo itu mereka” kata Shilla.
“Suaranya dari atas” kata Rio. Mereka berjalan menuju lantai atas. Langkah mereka tertuju pada sebuah kamar yang terletak paling ujung.
“Yo, jangan dibuka” kata Ray.
“Kenapa? Takut lo?” tanya Cakka.
“Nggak. Serem aja” jawab Ray.
“Tapi, gue ngerasa kalau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita selama ini ada di dalam sana” kata Rio.
Terdengar suara dari dalam kamar itu. Ify memegang tangan Alvin.
“Tenang, Fy” kata Alvin. Tiba-tiba, senter Alvin mati.
“Sial!” kata Alvin. Ia memukul-mukul senternya. Akhirnya, senter itu hidup kembali.
Rio memutuskan untuk membuka pintu itu. Jantung mereka berdegup kencang.
Apa yang ada dibalik pintu itu membuat mereka berenam terkejut. Cahaya senter dan lilin yang terdapat dalam kamar, membuat pemandangan yang mereka lihat sangat jelas. Semua bayangan itu berkumpul disana. Tak disangka, Rio, Alvin, Cakka da Ray tiba-tiba bisa melihat sosok asli semua bayangan itu. Sekarang Rio bisa melihat dengan jelas sosok yang selalu menghantuinya selama ini. Begitupun dengan Alvin, Cakka dan Ray.
“Kak Tian…” panggil Rio. Sosok yang sangat mirip dengan Tian melihat. Wajahnya sangat pucat. Tak sepatah pun kata keluar dari mulut Tian. Ia hanya menatap Rio dengan tatapan penuh kebencian.
Walaupun hanya diterangi cahaya lilin, Rio bisa merasakan tatapan benci dari sosok Tian.
“Kenapa?” tanya Rio. Sosok Tian menghilan
g.
“Kak! Kak Tian!” panggil Rio. Menghilangnya sosok Tian diikuti oleh sosok yang lain. Seketika itu juga, cahaya lilin redup meninggalkan Rio, Alvin, Ray, Cakka, Ify, dan Shilla dalam keadaan
bingung.
“Gue harus cari kak Tian” kata Rio. Ia berlari dalam kegelapan meninggalkan villa itu. Alvin dan yang lainnya tak bisa menyusul Rio.
“Rio!” panggil Alvin. Mereka berusaha mengejar Rio. Sampailah mereka di luar villa. Tak ada tanda-tanda bahwa Rio disana.
“Sial! Kemana Rio?” tanya Cakka. Ia melihat kesekeliling lokasi villa itu.
“Cakka! Shilla, Cak! Shilla nggak ada!” kata Alvin
“Shilla!!” kata Cakka cemas. Tiba-tiba ia melihat Shilla masuk kembali ke dalam villa.
“Shilla!” Cakka mengejar Shilla. Shilla sudah terlanjur masuk ke dalam villa itu. Cakka berniat menyusul Shilla. Tapi, pintu villa itu terkunci. Cakka menggedor pintu itu. ia mencoba mendobrak pintu itu.Tapi ia tak bisa. Ia tak cukup kuat untuk mendobrak pintu villa yang berukuran besar itu
“Sial! Shilla!” panggil Cakka. Alvin menghampiri Cakka. Saat Alvin sedang menghampiri Cakka, tiba-tiba Alvin mendengar suara teriakan Ray dan Ify.
“Ray! Ify!” kata Alvin. Alvin tidak menemukan keduanya lagi. Sekarang tinggal dia dan Cakka.
“Kenapa semuanya ngilang?” tanya Alvin.
“Gue harus nyusul Shilla ke dalam” kata Cakka.
“Tunggu, Cak. Kita nggak boleh kepisah. Kita ikutin aja permainan mereka” kata Alvin. Cakka tampak berpikir. Ia pun mengangguk. Mereka berdua menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sementara itu, Rio terus berlari. Ia tak peduli kemana kakinya melangkah. Sampailah Rio ditengah hutan.
“Gue dimana?” tanya Rio. Tiba-tiba sesosok bayangan lewat di belakangnya. Ia menoleh. Tak ada siapa-siapa.
“Kak Tian! Rio tau kalau itu kakak. Kenapa kakak tega ngelakuin semua ini?” tanya Rio. Tak ada jawaban.
“Kak Tian!!!” panggil Rio. Rio jatuh terduduk melihat sosok Tian menampakkan dirinya.
“Aku benci kalian semua. Saat aku hilang, kalian ngelupain aku. 2 hari aku mencari kalian. Aku seperti orang bingung. Sampai akhirnya aku sekarat dan mati di hutan ini” jawab Tian. Rio terkejut.
“Aku nggak…” kata-kata Rio terputus.
“Aku ingin kalian semua ngerasain apa yang aku rasain selama ini” kata-kata Tian penuh rasa kebencian. Rio berdiri dan berjalan menghampiri Tian.
“Kak Tian salah. Mama, papa dan aku terus mencari kakak. Polisi pun nggak bisa nemuin kakak. Sampai kita semua putus asa dan nganggap kalau kakak itu udah meninggal” kata Rio.
“Kak, apa kakak nggak peduli sama mama? Mama sekarang dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi atas kematian papa. Kakak tega udah ngebunuh papa. Kakak juga, kan yang udah ngebunuh Keke dan Deva. Apa salah mereka, kak?” Rio melanjutkan.
“Aku ingin kamu ngerasain penderitaanku” jawab Tian. Rio merasa kalau ini bukan sosok Tian yang asli.

Di dalam villa, Shilla berhadapan dengan sosok Kiki.
“Kiki?” panggil Shilla.
“Iya, ini aku, Shil” jawab Kiki.
“Kenapa, Ki?” tanya Shilla. Terlihat seulas senyum sinis di bibir Kiki yang pucat.
“Aku benci dengan hidupku, Shil. Aku benci kamu” jawab Kiki dengan nada yang penuh kebencian.
“Kita selalu bersama dari lahir. Saat aku bahagia, kamu juga bahagia. Sekarang aku menderita, jadi aku ingin kamu menderita bersamaku” lanjut Kiki. Shilla berpikir sejenak.
“Kamu bukan Kiki yang aku kenal. Kiki bukan orang yang egois” kata Shilla.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Shilla. Sosok Kiki tiba-tiba menghilang.
Pada saat itu juga, Cakka dan Alvin masuk ke dalam villa.
“Shilla, lo nggak apa-apa?” tanya Alvin. Shilla mengangguk.
“Lo ketemu Kiki?” tanya Cakka. Shilla menggeleng.
“Dia bukan Kiki yang gue kenal” jawab Shilla.
Lalu, Alvin mengajak Shilla dan Cakka untuk keluar dari villa. Di luar kegelapan masih mencekam.
“Ray, Rio dan Ify mana?” tanya Shilla.
“Kita berdua nggak berhasil ngejar Rio. Ray sama Ify tiba-tiba aja menghilang” jawab Alvin.
“Kita harus cepat nemuin mereka sebelum hal yang nggak kita inginin terjadi” kata Shilla.

Tiba-tiba sosok lain datang menghampiri mereka.
“De..a?” panggil Alvin. Sosok Dea hanya diam. Alvin mendekat menghampiri Dea.
“Kenapa kamu bunuh kakak aku, Dea?” tanya Alvin. Alvin melihat Dea menangis.
“Dia yang bunuh aku” jawab Dea. Alvin terkejut. Ia tidak percaya kalau kakak yang sangat dicintainya adalah seorang pembunuh.
“Kenapa?” tanya Alvin.
“Karena kamu” jawab Dea. Alvin tidak mengerti dengan perkataan Dea.
“Maksud kamu?” tanya Alvin.
“Kakak yang sangat kamu sayngi itu sebenarnya punya niat jahat. Dia inigin bunuh kamu, Vin. Dia bunuh aku karena aku tau rencana dia” jawab Dea.
“Aku nggak ngerti, Dea. Kenapa kakak mau bunuh aku?” tanya Alvin.
“Karena harta. Dia tau kalau suatu hari nanti harta warisan papa kamu akan jatuh ke tangan kamu,
Vin. Dia nggak rela. Kamu tau kenapa?” tanya Dea. Lalu melanjutkan.
“Karena kamu bukan anak kandung papa kamu” kata Dea. Alvin benar-benar terkejut mendengar kata-kata Dea.
“Apa? Nggak, nggak mungkin” kata Alvin.
“Kamu harus terima kenyataan, Vin. Dan sekarang urusanku sudah selesai. Aku nggak akan ganggu hidup kamu lagi. Aku benar-benar akan pergi dari dunia ini. Semoga kamu bahagia, Vin” kata Dea
.
Lalu sosok Dea menghilang meninggalkan Alvin yang sangat terkejut mendengar kenyataan itu. Shilla dan Cakka merangkul Alvin.
“Satu persoalan selesai” kata Cakka.

Di sebuah hutan, Ify dan Ray berurusan dengan sosok lain.
“Olivia, kenapa kamu bunuh mereka?” tanya Ray.
“Gara-gara merekalah aku keluar dari band itu, Ray” jawab Olivia.
“Apa?” Ray tidak percaya.
“Ya, kamu ingat kan, kita nggak jadi tampil karena tangan kamu patah gara-gara nyelametin aku?” Ray 


Bersambung . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar