CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 15 Juli 2013

Persahabatan dan Kematian (part 2)



“Ke makam kakak gue” jawab Alvin.
“Gue mau cerita sama lo. Kita ke taman sekarang?” tanya Rio.
Alvin mengangguk. Mereka berdua pergi menuju taman dengan motor Rio.
“Yo, Deva itu sahabat lo yang kemarin lo certain ke gue, kan?” tanya Alvin.
“Iya, Vin. Dan dia dibunuh sama bayangan hitam sialan itu” jawab Rio.
“Kita harus secepatnya nemuin cewek pasien rumah sakit jiwa itu, Yo” kata Alvin.
Lalu melanjutkan.
“Lo inget kan, kalo lo ada di mimpi gue? Nah, cewek itu ada di mimpi lo, kan? Ini seperti sebuah sinyal untuk mencari orang yang ada dalam mimpi kita. Bisa jadi, orang itu ada hubungannya dengan peristiwa ini” kata Alvin
“Lo bener, Vin. Gue nggak bisa terima kematian Keke dan Deva” kata Rio.
“Mungkin Ify bisa bantuin kita, Yo” kata Alvin.
“Ify? Siapa itu?” tanya Rio.
“Adek gue. Lo bisa nemuin dia disini” kata Alvin sambil menyerahkan sebuah kertas berisi alamat.
“Ini rumah lo, Vin?” tanya Rio.
“Iya” jawab Alvin.
“Sekarang lo tinggal dimana?” tanya Rio.
“Di kost-kostan sepupu gue. Beruntung pemilik kostan itu mau nerima gue” jawab Alvin.
“Syukurlah” kata Rio.
Lalu melanjutkan.
“Vin, lo tunggu disini sebentar. Gue bawa adek lo kesini” kata Rio.
Alvin mengangguk. Rio segera memacu motornya menuju alamt yang diberikan Alvin. Sampailah ia di sebuah rumah bergaya minimalis berwarna abu-abu. Rio mengetuk pintu rumah itu.
“Ya…sebentar” sahut seseorang dari dalam rumah.
Pintu rumah itu dibuka oleh seorang gadis.
“Cari siapa?” tanya gadis itu.
“Ify nya ada?” tanya Rio.
“Ya, saya sendiri” jawab cewek itu yang ternyata adalah Ify.
“Lo bisa ikut gue sebentar?” tanya Rio.
“Kemana?” tanya Ify.
“Pokoknya ikut aja” jawab Rio.
Ify berfikir sebentar dan ia mengangguk. Ia pamit kepada orangtuanya dan segera naik ke motor Rio. Sampailah mereka berdua di taman tempat Alvin menunggu Rio. Mereka berdua turun dari motor dan berjalan menuju kursi taman. Disana, Alvin sedang duduk menunggu mereka. Ify yang melihat Alvin langsung berlari menghampirinya.
“Kak!” panggil Ify.
Alvin menoleh. Ia berdiri dan langsung memeluk Ify.
“Aku kangen sama kakak” kata Ify.
“Iya, Fy. Kakak juga kangen sama kamu” kata Alvin.
“Kakak tinggal dimana sekarang?” tanya Ify.
“Di kostan kak Iyel, Fy” jawab Alvin.
“Ify ikut, ya?” tanya Ify.
“Jangan, Fy. Nanti papa khawatir” jawab Alvin.
“Oh ya, kakak itu siapa?” tanya Ify menunjuk Rio.
“Gue Rio. Teman Alvin” kata Rio memperkenalkan diri.
“Lo udah tau nama gue, kan?” tanya Ify.
Rio mengangguk.
“Oh ya, kok kakak manggil Ify kesini? Ada apa kak?” tanya Ify.
“Kakak sama Rio butuh bantuan kamu, Fy” jawab Alvin.
“Bantuan apa, kak?” tanya Ify.
“Rio juga dihantui bayangan hitam yang udah ngebunuh kakak kita, Fy” jelas Alvin.
“Ha?” Ify terkejut.
“Iya. Pacar dan sahabat Rio udah meninggal dengan tragis” jawab Alvin.
“Gue turut berduka ya, kak Rio” kata Ify.
“Thanks, Fy. Oh iya, kok Ify bisa bantuin kita, Vin?” tanya Rio.
“Adek gue ini ajaib, Yo. Dia bisa ngeliat hal-hal yang nggak bisa kita liat” jawab Alvin.
“Lha? Gue kan bisa ngeliat tu bayangan. Berarti gue juga ajaib, dong” protes Rio.
“Kita cuma bisa liat bayangannya doang, kan? Ify udah liat wujud aslinya” kata Alvin.
“Ha? Kayak apa, Fy?” tanya Rio.
“Gue juga ngeliat sekilas, kak. Tapi yang jelas, bayangan itu sosok aslinya cewek” jawab Ify.
“Cewek?” tanya Rio.
“Iya” jawab Ify.
“Fy, kita berdua bakalan selalu butuhin bantuan lo. Lo mau kan, bantuin kita?” tanya Rio.
“Pasti. Gue juga mau balas dendam sama bayangan hitam yang udah ngebunuh kakak gue” jawab Ify.
“Itu baru namanya adek Alvin Jonathan Sindunata” kata Alvin mengacak-acak rambut Ify.
“Yo, lo bisa nganterin adek gue ini pulang, kan?” tanya Alvin pada Rio.
“Iya. Tapi lo ntar gimana?” tanya Rio pada Alvin.
“Tenang aja, gue bisa naik angkot. Lagian, kostan Gabriel nggak jauh dari sini, kok” jawab Alvin.
“Oke, deh” kata Rio.
Ia segera menyuruh Ify naik ke motornya.
“Fy, kita ke makam Keke sama Deva dulu, ya” kata Rio.
“Ya, kak. Sekalian aja gue ke makam kakak gue” kata Ify.
Mereka sampai di pemakaman umum. Rio dan Ify turun dari motor. Rio berjalan menuju makam Keke. Ify mengikuti.
“Ini makam pacar kakak?” tanya Ify.
Rio mengangguk.
“Ke, gue bakalan jarang ke sini lagi. Gue harus nyelesain misteri kematian lo sama Deva.
Deva juga meninggal, Ke. Lo jangan marah, ya” kata Rio.
Ia berdoa sejenak lalu beranjak dari makam Keke ke makam Deva dan Ify berjalan menuju makam kakaknya.
“Deva, gue kesini lagi. Gue akan ngungkap misteri kematian lo. Gue bakalan jarang ke sini. Lo doain gue, ya sob. Motty pasti gue rawat” Rio berdoa sejenak di makam Deva.
Saat Rio sedang berdoa, tiba-tiba Ify berteriak. Rio terkejut. Ia segera menghampiri Ify.
Rio yg terkejut langsung lari ke arah Ify..
“Kenapa, Fy?” tanya Rio cemas.
“Itu kak…” Ify menunjuk ke sebuah sisi pemakaman.
Rio melihat ke arah yang ditunjuk Ify. Ia melihat bayangan hitam itu lagi.
“Bayangan itu lagi, Fy?” tanya Rio.
Kini, Rio berusaha untuk tidak takut. Ify mengangguk takut. Rio merangkul Ify. Ia merasakan Ify gemetaran.
“Udah, Fy. Mending kita pergi aja dari sini” kata Rio, lalu membawa Ify kembali ke motor Rio.
Ify menurut. Tapi, pandangan Ify tetap tertuju ke tempat bayangan itu berdiri. Ify terus
memandangi bayangan hitam yang wujud aslinya bisa dilihat Ify.
Perlahan, rasa takut itu menghilang menjadi rasa iba. Ify melihat sosok asli bayangan itu
menangis. Selang beberapa menit kemudian, sosok lain datang menghampiri sosok yang menangis itu. Sontak Ify terkejut. Bayangan hitam itu tidak hanya ada satu. Kini rasa itu bercampur aduk, rasa iba dan rasa takut. Seiring dengan kepergian Ify dan Rio, kedua bayangan itu menghilang.
“Makasih, kak” ucap Ify di depan rumahnya.
“Sama-sama. Oh ya, kalo ada apa-apa lo hubungin gue” kata Rio.
“Gue nggak punya nomer lo, kak” kata Ify.
Rio memberikan nomor hpnya pada Ify.
“Inget, kalo ada apa-apa lo hubungin gue” kata Rio.
“Iya, kak. Oh ya, gue mau bilang sesuatu sama kakak, tapi jangan kasih tau kak Alvin
dulu. Gue belum tau pasti soalnya” kata Ify.
“Oke, oke” jawab Rio.
Ify membisikkan sesuatu di telinga Rio. Setelah mendengar perkataan Ify, mata Rio terbelalak. Rasa takut itu kembali datang.
“Lo yakin, Fy?” tanya Rio.
“Belum terlalu yakin, kak” jawab Ify.
“Yang penting kita harus hati-hati” kata Rio.
“Iya, kak. Ya udah, gue masuk ya” kata Ify.
Rio pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ia segera masuk ke kamar. Ia melihat bayangan itu lagi. Ia berusaha untuk tidak takut.
“Pergi lo!!” kata Rio.
Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang. Malam itu, Rio benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang dikatakan Ify tadi.
2 minggu kemudian…
Hari-hari dilewati Rio dengan rasa penasaran yang besar. Ia mencemaskan semua orang yang ada
disekitarnya. Kini, Rio sudah kembali ke sekolah. Hampa rasanya hari-hari Rio tanpa kehadiran Keke yang selalu menanyakan apakah Rio ada membuat PR atau tidak. Sepi rasanya hidup Rio tanpa kehadiran Deva yang selalu terlambat masuk kelas hanya gara-gara terlalu lama berkunjung ke kelas Rio.
Sepulang sekolah biasanya Rio pergi ke tempat Ify dan mengunjungi Alvin di taman. Dengan
begitu sedikit bebannya bisa berkurang. Tapi, gadis yang ada dalam mimpi Rio sampai detik ini belum bisa ia temukan.
“Rio” panggil papanya.
“Iya, pa” jawab Rio.
“Papa mau bicara sama kamu” kata papanya.
“Ada apa, pa?” tanya Rio.
“Papa dan mama senang karena akhirnya kamu mau masuk sekolah kembali. Dan kamu sudah mulai tersenyum walaupun sedikit” jawab papa Rio. Rio tersenyum mendengar perkataan papanya.
“Rio, kamu jaga mama, ya. Besok papa harus berangkat ke Malaysia” kata papa Rio.
“Berapa hari, pa?” tanya Rio.
“Belum pasti. Papa harus selesaikan masalah yang ada disana” jawab papa Rio.
Rio menunduk menahan kesedihannya. Papa Rio yang melihat putra semata wayangnya itu tersenyum dan memeluk Rio.
“Kamu kan bisa menelfon papa, nak” kata papa Rio. Lalu, mama Rio datang menghampiri Rio dan papanya.
“Ayo, makan malam dulu. Pa, barang-barang papa udah mama masukin ke koper” kata mama Rio.
“Makasih, ma. Nah Rio, ayo kita makan malam” ajak papa Rio.
Mereka bertiga makan malam dalam suasana yang khidmat dan diselimuti kebahagiaan. Sayangnya, tak ada yang abadi di dunia ini. Kebahagiaan itu tak akan bertahan lama.
Esoknya…
“Rio, inget apa kata papa semalam” pesan papa Rio. Rio mengacungkan jempolnya.
“Ma, papa pergi dulu ya” kata papa Rio sambil mencium kening mama Rio.
Lalu, papa Rio masuk kedalam taksi. Saat papanya masuk ke dalam taksi, sekilas Rio melihat bercak darah di baju papanya.
“Nggak!!” batin Rio.
Setelah itu, taksi yang membawa papa Rio meninggalkan kompleks perumahan Rio. Rio masih sempat melihat taksi itu berbelok di perempatan jalan di depan kompleks perumahan itu.
Saat itu juga, Rio melihat taksi yang ditumpangi papanya ditabrak oleh sebuah truk hingga taksi itu terlempar. Rio dan mamanya yang melihat kejadian itu, segera berlari menuju tempat kejadian. Saat mereka sampai disana, orang-orang sudah mengerubungi taksi naas itu. Rio melihat sesosok bayangan hitam keluar dari truk yang menabrak papa Rio. Ia segera melihat ke dalam truk itu. Kosong. Tidak ada sopir pada truk itu.
“Rio!!” panggil mamanya. Rio melihat mamanya menangis. Dipeluknya mama yang sangat dicintainya itu.
“Papa kamu..” kata mama Rio.
Rio segera melepaskan pelukan mamanya dan
berlari menuju taksi yang sudah hancur itu. Ia tak kuasa melihat pemandangan di dalam taksi itu. Seorang papa yang sangat disayanginya kini sudah tiada. Di dalam taksi, hanya ada jenazah
papa Rio. Tidak ada jenazah sopir yang membawa papa Rio. Taksi itu tidak bersopir. Hari itu
juga, jenazah papa Rio dimakamkan. Alvin dan Ify juga menghadiri pemakaman papa Rio. Rio masih belum percaya kemarin malam merupakan malam terakhir ia makan malam bersama dengan
papanya.
“Yo, gue turut berduka” kata Alvin. Rio hanya bisa terdiam. Pandangan matanya kosong.
“Kak Rio, yang tabah ya” kata Ify. Rio masih diam.
2 hari kemudian…
Semenjak kematian papanya, Rio tidak pergi ke sekolah lagi. Ia harus merawat mamanya yang depresi atas kepergian papa Rio. Rio tidak tahan melihat keadaan mamanya. Ia memutuskan untuk membawa mamanya ke psikiater. Walau berat, tapi keadaan yang menyuruh.
Rumah sakit..
“Rio, ibu anda mengalami depresi berat atas kematian ayah anda. Saya sarankan, ibu anda di rawat di
rumah sakit” kata dokter.
“Nggak, dok. Mama saya nggak gila” kata Rio.
“Dirawat di rumah sakit jiwa bukan berarti mama anda gila. Disana, kami akan lebih bisa
memperhatikan keadaan ibu anda. Ibu anda harus mendapatkan terapi” kata dokter.
Rio menginginkan kesembuhan mamanya. Dengan berat hati, ia mengikuti saran dokter. Mulai hari itu, mama Rio akan ditangani oleh dokter.
Dalam perjalanan pulang, Rio hanya bisa termenung dan memendam beban serta emosinya. Terlalu banyak beban yang kini bersarang di benak Rio. Tiba-tiba Rio merasa kepalanya pusing dan ia pingsan di pinggir jalan. Seseorang yang melihat Rio pingsan membawa Rio ke dalam mobilnya.
Rio membuka matanya. Ia berada dalam sebuah kamar yang sangat besar.
“Gue dimana?” gumam Rio.
“Lo ada di rumah gue” jawab seorang cowok. Rio seperti pernah melihat cowok itu. ia seorang anak pengusaha ternama.
“Lo? Kalo nggak salah lo itu Cakka Kawekas Nuraga, kan?” tanya Rio. Cowok itu tersenyum.
“Iya, gue Cakka” jawab Cakka. Lalu melanjutkan.
“Tadi lo pingsan di jalan, trus gue bawa kesini” kata Cakka.
“Makasih atas bantuan lo” kata Rio. Ia berdiri dan bermaksud untuk pulang. Tapi, Cakka menahannya.
“Bayangan hitam” kata Cakka.
“Kok lo tau soal itu?” tanya Rio.
“Lo tadi ngigau manggil nama Keke, Deva, papa dan terakhir bayangan hitam sialan” jawab Cakka.
“Gue juga ngeliat bayangan itu sebelum orang yang paling gue sayang tewas mengenaskan” lanjut Cakka.
“Siapa?” tanya Rio.
“Pelayan pribadi gue yang udah ngerawat gue dari gue kecil. 3 hari yang lalu, gue nemuin dia udah tewas di gudang bawah tanah” jawab Cakka. Pandangan matanya kosong.
“Bayangan hitam itu juga udah ngerenggut semua kebahagiaan dalam hidup gue. Pertama, dia ngebunuh cewek gue, lalu sahabat gue dari kecil, dan terakhir bokap gue.
Gara-gara itu, nyokap gue sekarang depresi dan harus masuk rumah sakit jiwa” jelas Rio. Cakka terkejut mendengar cerita Rio. Ia tidak menyangka ada orang yang lebih menderita daripada dia.
“Sorry, gue nggak..” kata-kata Cakka terputus.
“It’s OK. Oh ya, gue Rio” kata Rio memperkenalkan diri
.
“Gue Cakka. Lo udah tau, kan? Ini, minum obat dulu” kata Cakka sambil memberikan obat dan segelas air putih pada Rio.
“Thanks” Rio meminum obat yang diberikan Cakka.
“Gue pulang dulu. Makasih atas bantuan lo” kata Rio
.
“Lo boleh datang ke sini kapan aja, Yo. Pintu rumah gue selalu terbuka untuk lo” kata Cakka.
“Thanks. Cak. Lo tinggal sama siapa di rumah segede ini ?” tanya Rio.
“Sama pembantu dan sopir gue” jawab Cakka.
“Besok gue ke sini lagi. Sekali lagi makasih, ya” kata Rio. Rio pulang ke rumahnya.
“Alvin dan Cakka. Udah dua orang yang punya tragedi sama ama gue. Tapi, sampai sekarang gue nggak bisa nemuin cewek yang ada di dalam mimpi gue” gumam Rio.
Tiba-tiba, hp nya berbunyi.
“Halo?” kata Rio.
“Halo? Kak Rio, ini Ify. Ada yang mau gue omongin, kak” kata Ify.
“Oh, ya udah. Kita ketemu dimana?” tanya Rio.
“Gue aja yang ke rumah lo, kak. Alamatnya dimana?” tanya Ify.
“Perumahan Asri blok B nomer 5” jawab Rio.
“Ya udah, gue kesana sekarang” kata Ify.
10 menit kemudian, terdengarlah suara klakson mobil. Rio membuka pagar. Terlihat sebuah mobil jazz sport warna biru. Tak lama kemudian, turunlah seorang gadis. Dialah Ify.
“Masuk, Fy” ajak Rio. Ify masuk ke rumah Rio. Ia kagum melihat rumah Rio yang besar dan
rapi.
“Rumah lo rapi banget, kak” puji Ify.
“Thanks, Fy” jawab Rio. Ia pergi menuju dapur untuk mengambil minuman untuk Ify. Sementara Rio mengambil minum, Ify melihat-lihat foto keluarga Rio. Ia terkejut melihat foto seorang cowok yang berdiri di samping Rio.
“Minum dulu, Fy” kata Rio sambil membawa segelas jus jeruk untuk Ify. Ify segera duduk di sofa ruang tamu Rio dan meminum minumannya sedikit.
“Nyokap lo mana, kak?’ tanya Ify.
“Dirawat di rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Ha? Kok gitu?” tanya Ify.
“Mama depresi berat. Dan dia musti terapi dan dapet pengawasan dari dokter” jawab Rio.
“Oh ya, apa yang mau lo omongin ke gue?” lanjut Rio.
“Gue yakin sama yang gue omongin ke lo kemarin ini, kak” kata Ify.
“Bahwa bayangan hitam itu nggak cuma satu?” tanya Rio. Ify mengangguk.
“Gue ngeliat mereka lagi. Bayangan yang punya sosok cewek mirip banget sama Dea, sahabat kak Alvin”
jawab Ify.
“Yang satu lagi?” tanya Rio. Ify menggeleng.
“Yang gue tau yang satu lagi wujud aslinya cowok. Mirip sama dia” Ify menunjuk ke sebuah foto.
Foto Rio dan seorang cowok yang lebih tua darinya.
“Kak Tian?” tanya Rio. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ify.
“Kak Tian itu siapa lo, kak?” tanya Ify.
“Kakak gue. Dia udah lama hilang” jawab Rio.
“Hilang?” tanya Ify.
“Iya. Waktu kita sekeluarga pergi liburan 3 tahun lalu” jawab Rio. Rio tak menyangka Tian ada hubungan dengan semua ini.
“Lo udah kasih tau Alvin soal ini?” tanya Rio.
“Belum, kak. Gue takut luka hati kak Alvin kebuka lagi” jawab Ify. Rio mengerti.
“Oh ya, lo tau Cakka Kawekas Nuraga, kan? Anak pemilik Nuraga Company?” tanya Rio.
“Iya, kak. Emang kenapa?” tanya Ify balik.
“Dia juga sama ama gue dan kakak lo” jawab Rio.
“Maksud kakak?” tanya Ify lagi.
“Dia juga ngeliat bayangan hitam itu” jawab Rio.
“Kita harus kasih tau kak Alvin” kata Ify.
“Besok lo bawa Alvin kesini” kata Rio.
“Oke, kak. Ya udah, gue pulang dulu ya, kak” pamit Ify. Rio mengantar Ify sampai ke pintu depan. Lalu, ia masuk kembali kedalam rumah.
Keesokan harinya di rumah Rio…
“Cakka? Cakka Kawekas Nuraga itu?” tanya Alvin.
“Iya, Vin. Sekarang kita ke rumah Cakka” jawab Rio.
“Tunggu. Lo tau rumah dia, kak?” tanya Ify.
“Iya, kemarin dia nolong gue waktu gue pingsan di jalan” jawab Rio.
Mereka bertiga berangkat menuju rumah Cakka.
“Hai, Rio. Silahkan masuk” kata Cakka. Rio, Alvin dan Ify masuk ke dalam rumah Cakka.
“Mereka siapa, Yo?” tanya Cakka.
“Ini Alvin dan adeknya, Ify” jawab Rio.
“Hai, gue Alvin” kata Alvin
.
“Gue Ify” kata Ify.
“Hai, Vin, Fy” kata Cakka.
“Cak, mereka berdua juga ngeliat bayangan itu. Bahkan, Ify udah ngeliat wujud aslinya” kata Rio.
“Ha?” Cakka tidak percaya.
“Ify bisa ngeliat hal-hal yang nggak bisa kita liat, Cak” kata Alvin.
“Mirip Shilla” gumam Cakka.
“Siapa, Cak?” tanya Ify.
“Shilla. Sepupu gue. Dia juga punya indra keenam” jawab Cakka.
“Trus dia dimana sekarang?” tanya Rio.
“Di rumah sakit jiwa. Dia dianggap gila sama keluarganya” jawab Cakka.
“Lo punya fotonya?” tanya Rio.
Ia teringat dengan cewek pasien rumah sakit jiwa yang ada dalam mimpinya. Cakka mengangguk dan mengambil sebuah foto dari kamarnya. Ia memperlihatkan pada Rio.
“Dia!! Dia yang ada dalam mimpi gue. Ini cewek itu, Vin” kata Rio.
“Lo bisa anterin kita ke rumah sakit tempat dia dirawat?” tanya Alvin.
Cakka mengangguk. Kali ini mereka pergi dengan mobil Cakka. Sampailah mereka di sebuah rumah sakit jiwa yang sepertinya kurang terawat.
“ Untung mama nggak dirawat disini” batin Rio.
“Disini, Cak?” tanya Rio.
Cakka mengangguk. Mereka menuju sebuah kamar. Ketika pintu kamar itu dibuka, terlihatlah seorang gadis yang sedang duduk di atas tempat tidur. Pandangan matanya sayu dan kosong.
“Shilla” panggil Cakka. Gadis itu menoleh.
“Cakka?” tanya gadis yang dipanggil Shilla itu.
“Iya, ini gue. Gimana keadaan lo, Shil?” tanya Cakka.
“Gue tadi dikasih obat penenang lagi, Cak. Badan gue nggak kuat nahan zat obat itu” jawab Shilla. Rio, Alvin dan Ify terkejut melihat kondisi Shilla.
“Lo ngeliat bayangan itu lagi?” tanya Cakka.
“Iya. Dan waktu gue teriak minta tolong, mereka malah nyuntikin obat penenang ke gue” Shilla menangis. Cakka memeluk sepupu tercintanya itu.
“Oh iya, gue bawa temen nih” kata Cakka sambil menghapus airmata Shilla.
“Hai, Shil” sapa Rio, Alvin dan Ify.
“Hai” kata Shilla.
“Gue Rio, ini Alvin dan ini Ify” kata Rio memperkenalkan dirinya dan teman-temannya pada Shilla.
“Rio, gue turut berduka, ya. Atas kepergian cewek, sahabat dan bokap lo” kata Shilla.
“Alvin dan Ify, gue turut berduka atas kepergian kakak kalian” lanjut Shilla.
“Kok lo bisa tau?” tanya Rio.
“Shilla bisa liat kenangan duka setiap orang” jawab Cakka.
“Duka?” tanya Alvin.
“Iya. Cuma kejadian duka. Gara-gara ini gue di masukin kesini” jawab Shilla.
“Lo harus kabur dari sini, Shil” kata Ify. Shilla tersenyum.
“Makasih, Fy. Tapi, setiap gue mau kabur dari sini, dia muncul” kata Shilla.
“Dia?” tanya Alvin.
“Bayangan sialan itu. Dia selalu menghantui gue” jawab Shilla.
Semuanya terdiam. Lalu, Rio mengalihkan pembicaraan.
“Shil, lo adalah cewek yang ada dalam mimpi gue” kata Rio.
“Tandanya lo harus nemuin orang yang ada dalam mimpi lo” jawab Shilla.
“Dan gue udah berhasil nemuin lo” tambah Rio.
“Sekarang kita semuanya udah berkumpul” kata Ify.
“Nggak, belum semuanya. Gue belum nemuin cowok yang ada dalam mimpi gue” kata Shilla.
"
Emang yg di mimpi lo kaya gimana orang nya ??" tanya alvin kepada shilla.
“iya bener, Siapa Shill?” tanya Rio.
“Gue nggak tau siapa dia. Yang jelas dia seorang drummer” jawab Shilla.
“Wah, susah nih” keluh Ify.
“Ya udah, nanti pasti kita bisa nemuin si drummer itu” kata Alvin.
“Shil, kita balik dulu, ya?” kata Cakka. Shilla mengangguk.
“Lo jaga diri, ya” pesan Rio.
“Iya” jawab Shilla.
Mereka semua kembali ke rumah Cakka. Karena mobil Ify di parkir disana.
“Thanks, Cak” kata Alvin.
Lalu, Alvin dan Rio masuk ke mobil Ify. Ify mengantar Rio pulang. Setelah itu, Ify mengantar Alvin ke kostan Gabriel.
“Kak Alvin, kakak tinggal di rumah Rio aja, kak” kata Ify dalam perjalanan.
“Lho? Kenapa?” tanya Alvin.
“Kak Rio Cuma sendirian di rumah” jawab Ify.
“Lha? Nyokap dia kemana?” tanya Alvin.
“Nyokap kak Rio depresi dan terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa” jawab Ify. Alvin terkejut.
“Yang bener, Fy?” tanya Alvin.
“Iya. Kemarin kak Rio cerita sama Ify” jawab Ify.
“Kemarin? Ngapain kamu ke rumah Rio?” tanya Alvin.
“Eh? Nggak kok. Cuma mampir aja” jawab Ify. Lalu melanjutkan.
“Gimana, kak? Mau nggak kakak nemenin kak Rio di rumahnya?” tanya Ify.
“Boleh, deh. Tapi apa si Rio nggak keberatan?” tanya Alvin.
“Ya nggak lah, kak. Pasti kak Rio seneng. Dia butuh sahabat di samping dia” jawab Ify.
“Oke deh. Eh, Fy kamu suka sama Rio ya?” tanya Alvin.
“Kakak apaan sih? Nggak lagi” jawab Ify. Alvin hanya senyum-senyum. Sampailah mereka di kostan Gabriel. Ify turun menemani Alvin.
“Kak Iyel!!!” panggil Ify.
“Ify? Tumben kesini?” tanya Gabriel.
“Emang nggak boleh?” tanya Ify.
“Ya, nggak gitu juga sih” jawab Gabriel.
“Oh iya, Iyel. Mulai besok gue nggak disini lagi. Gue tinggal di rumah temen gue. thanks ya, selama ini lo udah mau nampung gue disini” kata Alvin.
“Nggak apa-apa, kok Vin.
Sesama saudara harus saling membantu” kata Gabriel. Lalu, Ify pamit pulang pada Gabriel dan Alvin.
“Ify, darimana kamu?” tanya papa Ify.
“Eh, papa? Ify baru habis jenguk teman Ify yang sakit” jawab Ify.
Lalu, ia langsung menuju kamarnya. Ia mengambil hpnya dan menelepon Rio.
“Ya, Fy. Ada apa?” tanya Rio.
“Kak, lo kan sendirian di rumah. Gue udah minta kak Alvin nemenin lo di rumah” jawab Ify.
“Nemenin gue? Gue bukan anak kecil lagi kali, Fy” kata Rio.
“Ya, gue juga nggak mau kak Alvin tinggal di kostan kak Iyel. Papa kayaknya curiga gara-gara gue main ke tempat kak Iyel terus. Gue nggak mau kak Iyel sama kak Alvin kena marah sama papa” kata Ify.
“Hm..boleh deh. Kapan Alvin pindah ke rumah gue?” tanya Rio.
“Besok” jawab Ify.
“Oke, deh” kata Rio lalu menutup pembicaran dengan Ify.
Malamnya…
Rio tidak bisa tidur. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Firasatnya mengatakan kalau ia harus segera pergi ke tempat Shilla. Rio percaya pada firasatnya. Ia segera memacu motornya ke rumah sakit jiwa tempat Shilla dirawat. Ternyata, firasat Rio benar. Rumah sakit jiwa itu terbakar. Banyak orang disana yang mencoba memadamkan api. Rio berlari menerobos kobaran api dan
menyelamatkan Shilla. Tak lama kemudian, mobil pemadam kebakaran pun datang dan berhasil memadamkan api.
“Uhuk..uhuk!!” Shilla terbatuk.
“Shil, bangun. Lo udah selamat” kata Rio. Shilla membuka matanya.
“Rio?” panggil Shilla.
“Lo nggak apa-apa? Gue bawa ke rumah sakit, ya?” tanya Rio.
“Nggak. Nggak usah. Gue udah nggak apa-apa. Cuma luka sedikit” jawab Shilla.
“Ya udah. Kalo gitu lo ke rumah gue aja” kata Rio. Shilla mengangguk. Rio memberikan jaketnya pada Shilla.
“Udah malem. Dingin” kata Rio. Shilla tersenyum. Sesampainya di rumah Rio, Rio mengambil kotak P3K dan mengobati luka Shilla.
“Thanks, Yo” kata Shilla.
“Sama-sama. Malam ini, lo nginap disini aja dulu. Tenang, lo nggak bakal gue apa-apain, kok” kata Rio. Rio mengantarkan Shilla ke kamar tamu.
“Lo tidur disini, kalo ada apa-apa lo teriak aja” kata Rio. Shilla tertawa.
“Bentar. Gue cariin baju buat lo” kata Rio. Ia berlari ke kamarnya, lalu kembali ke kamar tamu.
“Nih, pake baju gue dulu. Sorry kegedean” kata Rio sambil memberikan sehelai baju kaos pada Shilla
“Thanks lagi” kata Shilla.
Rio keluar dari kamar tamu. Shilla segera mengganti bajunya. Tak lama kemudian Shilla pun tertidur. Rio yang sudah berada di kamarnya pun langsung tidur.
Paginya…
Terdengar suara orang sedang memasak di dapur. Rio segera berlari ke dapur. Dilihatnya Shilla sedang memasak sarapan pagi.
“Shilla? Lo kan masih sakit?” tanya Rio.
“Lo udah bangun? Sorry gue lancang make dapur lo” jawab Shilla.
“Biar gue aja yang masak” kata Rio.
“Nggak usah, Yo. Lagian lo belum mandi. Mandi dulu sana” kata Shilla.
Rio menurut. Setelah Rio selesai mandi, ia dan Shilla sarapan bersama. Ketika mereka sedang sarapan, terdengar bunyi klakson mobil. Rio membuka pintu.
“Hei, Vin, Fy. Masuk, yuk. Ada Shilla juga di dalam” kata Rio. Alvin dan Ify saling berpandangan.
Lalu, masuk ke rumah Rio.
“Hai, Alvin, Ify” sapa Shilla.
“Hai, lo kok bisa disini?” tanya Alvin.
“Rio yang bawa gue kesini. Kalian udah sarapan? Kalo belum bareng aja” ajak Shilla. Kebetulan Ify dan Alvin memang belum sarapan. Mereka pun ikut sarapan bersama Rio dan Shilla.
“Yo, kok Shilla lo bawa kesini?” tanya Alvin.
“Lha? Masa dia gue tinggal di puing-puing rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Puing-puing?” tanya Ify.
“Iya. Rumah sakit jiwa tempat Shilla dirawat semalam kebakaran” jawab Rio.
Setelah mereka selesai sarapan, Alvin menonton TV, Rio pergi ke kamarnya, Ify dan Shilla membereskan meja makan. Alvin merasakan getaran di hp nya. Ada telepon dari Cakka.
“Ya, Cak?” tanya Alvin.
“Vin, lo dimana?” tanya Cakka.
“Gue di rumah Rio. Ada apa?” tanya Alvin.
“Lo lagi nonton TV nggak? Kalo iya liat channel 7, rumah sakit jiwa tempat Shilla kebakaran
semalam” jawab Cakka. Alvin segera mengganti channel TV.
“Vin, lo masih disana, kan?” tanya Cakka.
“Iya, Cak. Semua pasiennya meninggal” jawab Alvin.
“Gue khawatir sama Shilla, Vin” kata Cakka. Suaranya menandakan bahwa ia cemas.



Bersambung . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar